Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penempatan dana perbankan di surat berharga meningkat di awal tahun 2020. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) mencatat per 8 Januari 2020 ada sebanyak Rp 738,43 triliun surat berharga negara (SBN) yang dipegang oleh perbankan.
Jika dirinci, dari data tersebut sebanyak Rp 701,17 triliun dipegang oleh bank konvensional dan sisanya merupakan perbankan syariah. Mayoritas yang dipegang oleh bank antara lain Surat Utang Negara (SUN) atau sebanyak Rp 541,79 triliun dari total kepemilikan bank.
Bila merujuk data di bulan-bulan sebelumnya, porsi kepemilikan SBN oleh bank naik cukup tinggi yakni mencapai 26,92% per 8 Januari 2020. Lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang ada di kisaran 21%-22% saja.
Baca Juga: Terbitkan global bond, pemerintah memanfaatkan kondisi pasar yang positif
Hal ini menandakan bahwa perbankan lebih memilih memarkir dananya di SBN ketimbang menyalurkan kredit.
Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian T. Satyagraha memandang hal tersebut memang biasa dilakukan oleh perbankan. Tujuannya yakni untuk mengamankan likuiditas di awal tahun guna memenuhi permintaan kredit di masa mendatang.
"Hal ini tentunya memperhatikan juga kebutuhan likuiditas jangka pendek tiap bank," terangnya kepada Kontan.co.id, Kamis (9/1).
Lebih lanjut, surat berharga Bank Jatim saat ini menurutnya masih relatif stabil dengan outstanding di kisaran Rp 9 triliun. Paling tidak di pekan pertama 2020 ini.
Angka tersebut memang sengaja dijaga oleh Bank Jatim untuk memenuhi kewajiban pembentukan penyangga likuiditas makroprudensial (PLM) dan cadangan likuiditas lainnya yang bersifat jangka panjang.
"Pemeliharaan likuiditas bank sampai dengan akhir tahun tetap akan difokuskan pada peningkatan sumber dana yang bersifat stabil," lanjutnya.
Memang, Bank Jatim tahun ini menyebut akan lebih fokus mendorong pertumbuhan dana murah alias current acount and saving account (CASA) untuk menjaga likuiditas. Di luar itu, perseroan tetap menjaga aset-aset likuid seperti kepemilikan SBN sebagai cadangan likuiditas.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Hari Purnomo menjelaskan pihaknya sejauh ini memang telah menempatkan dana di surat berharga sebanyak Rp 301,1 triliun. Angka tersebut setara 23% dari total aset BRI pada akhir kuartal III 2019 lalu yang mencapai Rp 1.305,7 triliun.
Baca Juga: Likuiditas membaik, transaksi PUAB sepi di penghujung tahun 2019
BRI menyebut, khusus untuk meningkatkan likuiditas pihaknya memilih untuk tetap fokus meningkatkan dana murah.
"Salah satunya dengan optimalisasi peran agen BRILink, Produk Teman Simpedes, pengembangan ekosistem dan produk digital payment BRI," terang Hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News