Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
Sedangkan Direktur BCA Syariah Pranata menyebut, pembiayaan konsumer (termasuk KPR, KKB, pembiayaan emas, serta pembiayaan umrah) tumbuh 96% secara YoY, dan mayoritas pembiayaan konsumer BCA Syariah dikontribusi dari pembiayaan KPR.
"Kami menargetkan pembiayaan konsumer BCA Syariah di akhir tahun 2023 mencapai 10% dari portofolio pembiayaan secara keseluruhan," ujar Pranata.
Untuk memenuhi target tersebut, pihaknya aktif menggandeng kerjasama dengan developer dan broker property, menawarkan program-program marjin yang kompetitif serta aktif melakukan pemasaran pembiayaan konsumer bersama Grup BCA melalui expo baik online maupun offline.
Sementara Direktur Syariah PT Bank CIMB NIaga Tbk, Niaga Pandji P. Djajanegara mengaku, prospek KPR saat ini masih sangat bagus meskipun ada kenaikan suku bunga. Hal ini karena kebutuhan perumahan masih sangat besar ditengah kondisi backlog kebutuhan rumah yang masih tinggi.
Adapun realisasi penyaluran pembiayaan KPR Syariah CIMB Niaga Syariah sampai dengan Mei 2023 sudah mencapai Rp 2,76 triliun lebih tinggi dibanding dengan target di 2023 yang sebesar Rp 2,34 triliun.
"Produk KPR masih sangat diminati oleh nasabah ditengah kenaikan inflasi. Hal ini karena saat ini pembiayaan KPR masih menjadi pilihan utama bagi nasabah dalam membeli rumah ditengah backlog kebutuhan perumahan yang masih sangat besar. Oleh karena itu kami menaikan target penyaluran KPR bisa mencapai Rp 6,5 triliun di tahun 2023," ungkap Pandji.
Perseroan pun menetapkan strategi dalam upaya memaksimalkan pembiayaan konsumer ini, seperti menciptakan produk-produk pembiayaan konsumer syariah yang memiliki added value lebih bagus dibading produk konvensional, melakukan offering pricing yang kompetitif seperti halnya yang ditawarkan oleh bank konvensional. Selain itu, mengoptimalisasi penjualan produk2 konsumer syariah melalui alternate channel komunitas-komunitas.
Sekretaris Perusahaan Bank Muamalat Hayunaji juga mengaku, performance booking KPR iB Hijrah Bank Muamalat menunjukkan pertumbuhan new booking yang mencapai lebih dari 300% dibandingkan tahun lalu.
"Hal ini berkat promo margin yang kompetitif dan banyaknya pengajuan take over KPR iB Hijrah yang memiliki sejumlah keunggulan seperti kepastian angsuran atau angsuran tetap," kata Hayunaji.
Ia meyakini potensi backlog kebutuhan perumahan masih tinggi di Indonesia dan pembiayaan KPR masih menjadi pilihan utama masyarakat dalam membeli aset properti saat ini.
Baca Juga: Tingkat Inflasi Melambat, Perbankan Masih Susah Turunkan Bunga Kredit
Bank Muamalat mendorong ekspansi pembiayaan KPR iB Hijrah hingga akhir tahun dan diharapkan outstandingnya dapat tumbuh 2 kali lipat.
Untuk memaksimalkan pembiayaan KPR, Bank Muamalat melalui KPR iB Hijrah berkolaborasi dengan lebih dari 100 developer dan agent properti berskala nasional maupun regional. Selain itu, perseroan juga menyiapkan penawaran take over untuk memberikan kemudahan kepada nasabah melalui promo marjin spesial yang kompetitif.
Di sisi lain, salah satu perbankan konvensional yang menawarkan pembiayaan KPR, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) masih optimis dapat mencapai pertumbuhan bisnis KPR double digit pada tahun 2023 dengan catatan terdapat kestabilan suku bunga acuan Bank Indonesia yang akan memberikan pengaruh positif terhadap sektor properti.
"Adapun faktor pendorong peningkatan kinerja KPR BRI di antaranya adalah, menjalin kerja sama yang solid dengan partner properti utama dari berbagai developer dan property agent untuk mempermudah masyarakat memiliki properti melalui KPR di perbankan," terang Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto.
Selain itu, BRI menyelenggarakan KPR EXPO yang berlangsung secara offline dan online event ini bertujuan untuk memudahkan nasabah BRI maupun calon nasabah dalam proses memilih dan membeli rumah melalui KPR BRI.
Sementara Ramon Armando, Corporate Secretary PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menyebut, meski terdapat tren suku bunga naik, bank tidak serta merta menaikkan suku bunga secara signifikan yang di dikarenakan adanya faktor persaingan dengan bank lain.
"Oleh karena itu suku bunga KPR tetap terjaga cukup rendah, ditambah dengan berbagai promo dari bank maupun developer, yang membuat nasabah masih tetap tertarik untuk menggunakan KPR dalam pembiayaan rumahnya," ujar Ramon.
Hingga saat ini penyaluran KPR BTN mencapai kurang lebih 78.000 unit. Sampai dengan akhir tahun bank BTN juga menargetkan penyaluran KPR lebih dari 225.000 unit. Suku bunga di bank BTN disebut Ramon masih relatif stabil, tidak terdapat kenaikan secara signifikan. Dimana, suku bunga KPR BTN terendah sebesar 2,99% untuk pembelian rumah di developer tertentu.
Menurut Ramon, meskipun terjadi inflasi, KPR masih menjadi pilihan utama masyarakat untuk pembiayaan rumahnya. Adapun, untuk segmen yang masih diminati terutama segmen menengah kebawah dengan plafon dibawah Rp 750 juta. Namun, untuk kawasan tertentu, seperti di Tangerang Selatan, segmen menengah keatas justu yg menjadi incaran.
Asal tahu saja, terdapat dua jenis KPR yang ditawarkan di bank konvensional ini, yakni KPR Subsidi dan non Subsidi. Dimana KPR Subsidi atau KPR Sejahtera adalah skema KPR yang didukung oleh Pemerintah dengan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan atau FLPP, dan KPR Tapera yang merupakan KPR dari BP Tapera (KPR Tapera BTN).
Selain KPR Subsidi, Bank BTN menawarkan beragam skema skema KPR yang dapat dipilih berdasarkan kebutuhan nasabah seperti KPR Zero dimana nasabah hanya membayar bunga selama 2 tahun sehingga angsuran lebih ringan, KPR gaess for millenial dengan mekanisme Graduate Payment Mortgage dimana pada awal kredit nasabah membayar angsuran yg lebih kecil dari yg biasa.
Selanjutnya ada KPR rent to own dimana diawal program nasabah dapat menyewa rumah yang disediakan oleh provider rent to own yang bekerjasama dengan BTN sekaligus untuk mengumpulkan uang muka yang kemudian diakhir masa sewa yg disepakati terdapat opsi beli yang dapat dilanjutkan dengan akad KPR, dan KPR segment affluent yang ditujukan untuk nasabah dari segment affluent dengan keunggulan suku bunga yang rendah dan proses yang lebih cepat.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, antara KPR syariah dan konvensional masing-masing memiliki kelemahan ataupun kelebihan, tergantung kebutuhan nasabah.
"Untuk bank syariah lebih menekankan pada margin yang ditetapkan dari awal sementara untuk konvensional umumnya setelah fixed akan floating sesuai pergerakan suku bunga jadi bila tren suku bunga naik maka beban bunga nasabah konvensional juga akan naik," tuturnya.
Menurutnya, untuk skema KPR konvensional, uang diserahkan ke nasabah dan digunakan untuk beli rumah sementara syariah, bank yang membeli rumah dan menyerahkan ke nasabah selanjutnya nasabah akan mencicil, dan di syariah, rumah harus ada wujud terlebih dahulu sementara konvensional bisa indent.
"Prospek KPR hingga akhir tahun akan lebih lambat dibanding tahun lalu. Dengan inflasi tentu akan menambah beban masyarakat namun bila penghasilan dapat lebih tinggi, prospek KPR akan tetap menarik dalam jangka panjang," imbuhnya.
Sementara Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, KPR konvensional akan lebih menarik jika suku bunga sedang rendah karena akan lebih banyak perhatian pada floating ratenya yang cenderung lebih kompetitif dari KPR syariah.
"Tapi begitu sekarang era suku bunga tinggi, maka KPR syariah lebih banyak di lirik karena memberikan kepastian pembayaran atau cicilan dalam jangka panjang. Sementara untuk KPR konvensional, di tengah suku bunga naik pastinya suku bunga floating rate dari bank konvensional itu cenderung lebih tinggi yang di khawatirkan oleh calon debitur KPR," ungkap Bhima.
Menurutnya, KPR syariah akadnya beda tetapi juga perlu dicermati oleh calon debitur KPR, tidak hanya membandingkan bunga tetapi juga membandingkan biaya-biaya. Biasanya ada biaya macam-macam yang kemudian satu bank dengan bank lainnya akan berbeda.
"Kemudian juga perlu diperhatikan kalau di KPR konvensional ada fixed rate nya, misalnya promosi selama tiga tahun bunganya tetap, nah promosi ini biasanya bunganya relatif lebih rendah jadi mungkin bisa dihitung secara total dalam kurun waktu 15 tahun atau 20 tahun masa cicilan, mana yang jauh lebih murah dan meringankan bagi calon debitur KPR," tambahnya.
Bhima menyebut, produk KPR hingga akhir tahun masih akan tetap di minati karena saat ini 70% pembelian rumah menggunakan KPR, selain itu backlog perumahan di Indonesia relatif besar angkanya dam terus meningkat seiring dengan angka usia produktif yang naik dan membutuhkan hunian baru.
KPR juga kata Bhima banyak diminati karena hal ini merupakan transisi dari pandemi ke endemi dimana yang tadinya kerja bisa di rumah orangtua dan tidak perlu rumah dekat kantor, kini banyak orang mencari rumah dekat kantor karena sudah kembali lagi bekerja ke kantor, dan mobilitas masyarakat akan berpengaruh dengan kebutuhan hunian baru.
Adapun Perencana keuangan dari Financial Counsulting Eko Indarto mengatakan, ketika suku bunga pinjaman trendnya naik, KPR syariah memberikan kelebihan dibanding konvensional, karena tidak terkena efek kenaikan suku bunga.
"Sederhananya, kalau konvensional kita pinjam uang untuk beli rumah dan kemudian mencicil pelunasannya plus bunga. Kalau syariah, bank akan membeli dulu rumah yang akan di KPR, kemudian bank akan menjual rumah tadi dengan besaran margin yang kita dan bank sepakati, kemudian kita mencicil harga beli rumah tadi," jelas Eko.
Eko menyebut, KPR pasti akan selalu dibutuhkan karena kenaikan harga properti yang lebih cepat daripada kenaikan penghasilan dan ditambh dengan devaluasi plus inflasi mata uang rupiah, maka harga properti akan makin berat untuk dimiliki dengan cara tunai.
"Persiapan paling utama bagi para calon debitur KPR adalah kemampuan bayar. Jadi pertimbangkan besaran cicilan KPR tidak lebih dari 30% penghasilan," kata Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News