Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Strategi PT Bank Pembangunan Daerah Aceh (Bank Aceh) bertahan untuk tidak mengerek bunga kredit di era biaya dana nan mahal patut diacungi jempol. Padahal, setidaknya bank-bank umum telah menaikkan bunga kredit dua kali di sepanjang tahun lalu akibat dari menanjaknya BI Rate atawa suku bunga acuan.
Busra Abdullah, Direktur Utama Bank Aceh mengatakan, pihaknya memutuskan tidak menaikkan bunga kredit demi mencegah perlambatan pertumbuhan kredit, termasuk menjaga rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Abrakadabra, hasilnya pun cukup memuaskan.
Penyaluran kredit bank milik Pemerintah Daerah Aceh ini tetap mencatatkan pertumbuhan sedikitnya 15% di sepanjang tahun lalu menjadi Rp 11,5 triliun. “Dan, NPL nett kami terjaga di posisi 1,1%. Itu akan terus kami jaga hingga dibawah 1% tahun ini,” ujarnya ditemui KONTAN, Jumat (21/3).
Toh, sambung dia, perusahaannya tidak semata-mata mengejar untung. Meski, laba Bank Aceh tahun lalu cukup mengilat mencapai Rp 505 miliar. Harap maklum, pendapatan bunga bersihnya tembus 6%. “Intinya, kami tidak semata-mata mencari untung. Kami bukan bank swasta yang harus untung besar. Kami ingin lebih dari itu, yaitu mengembangkan ekonomi masyarakat Aceh,” terang Busra.
Namun demikian, ia mengakui, pendapatannya akan terus tertekan jika bunga kreditnya mandek dalam kondisi biaya dana yang semakin membengkak. Nah, sebagai solusi, Bank Aceh bakal menggenjot pendapatan berbasis komisi (fee based income). “Transaksi yang menghasilkan fee based ini bakal ditingkatkan,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News