kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank akan dorong fee based income lewat channel digital


Minggu, 23 Agustus 2020 / 19:42 WIB
Bank akan dorong fee based income lewat channel digital


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank pelat merah akan berupaya meningkatkan pendapatan non-bunga terutama fee based income (FBI) di tengah perlambatan pertumbuhan kredit. Ruang untuk menggenjot FBI dinilai masih besar dari sisi transaction banking.

Sepanjang semester I 2019, fee based income dari e-channel berbasis digital tumbuh cukup bagus  karena meningkatnya tren transaksi melalui channel digital selama pandemi Covid-19.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada paruh pertama 2020 mencatatkan pertumbuhan FBI sebesar 18,59% year on year (YoY) menjadi  Rp7,46 triliun. Pertumbuhan itu juga lebih tinggi semester I 2019 yang hanya tumbuh 12,6% YoY.

Baca Juga: Tingkatkan kinerja tahun 2020, Bank Mandiri akan dorong kredit di sektor ini

"Pertumbuhan FBI kami terutama disumbang dari jasa e-channel dan agen BRILink. Porsi terbesar e-channel berasal dari aplikasi Brimo yang tumbuh 123,8%. Transaksi ATM memang melandai tetapi tetap masih ada peningkatan. Pendapatan dari agen BRIlink tumbuh 33,34%," kata Direktur Konsumer BRI Handayani, Rabu (19/8).

Peningkatan FBI dari e-channel tersebut, lanjut Hanni, sejalan kesiapan adopsi teknologi dan digital yang dilakukan BRI.  Pandemi Covid-19, justru mempercepat digitalisasi layanan perbankan BRI.

Dari layanan e-channel, BRI meraup FBI sebesar Rp 2,97 triliun atau melonjak 61,2% YoY. E-channel ini menyumbang porsi 40% terhadap total FBI perseroan, naik dari porsi 30% pada periode yang sama tahun lalu.

Lalu, pendapatan terkait non e-channel tumbuh 13,6% menjadi Rp 446 miliar,  pendapatan administrasi deposit meningkat 6,9% menjadi Rp 2,05 triliun, fee terkait insurance meningkat 6,5% menjadi Rp 176 miliar.

Sedangkan pendapatan fee dari administrasi kredit turun 8,1% menjadi Rp 726 miliar, trade finance dan terkait bisnis internasional turun 3,2% menjadi Rp 778 miliar, dan fee dari yang lainnya turun 2,2% menjadi Rp 278 miliar. Hanni memperkirakan FBI dari e-channel ini masih akan terus meningkat.

Sementara pendapatan bunga BRI per Juni 2020 mengalami penurunan sebesar 6,9% menjadi Rp 53,16 triliun. Pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) turun 10,2% YoY menjadi Rp 34,5 triliun.

Bank Mandiri juga mencatat pertumbuhan signifikan FBI dari channel digital yakni 34,5% YoY menjadi Rp 433 miliar. Total FBI dari layanan e-channel bank ini tumbuh 3,9% menjadi Rp 864 miliar.

Namun, secara keseluruhan pendapatan berbasis biaya dan komisi PT Bank Mandiri Tbk masih stagnan sebesar Rp 5,44 triliun.

Hanya saja, total pendapatan non-bunga bank  berkode saham BMRI ini masih meningkat 11,5% menjadi Rp 11,7 triliun secara bank only dan naik 8,64% secara konsolidasi menjadi Rp 13,5 triliun.

Pertumbuhan ini ditopang dengan melonjaknya pendapatan dari transaksi fixed Income, forex & derivatives sebesar 62,7% menjadi Rp 3,78 triliun.

Wakil Direktur Utama Hery Gunardi mengatakan, perseroan harus mencari cara bagaimana mendorong pertumbuhan FBI di tengah pertumbuhan kredit yang terbatas. Salah satu yang dipacu yakni pendapatan dari transaksi nasabah, terutama melalui inovasi digital banking.

Pengguna Mandiri Online telah mencapai 3,8 juta user aktif per Juni 2020. Jumlah transaksinya mencapai 264,1 juta atau tumbuh 59% YoY dengan nilai mencapai Rp 459 triliun atau tumbuh 43% YoY. 

Sampai akhir tahun,  bank ini hanya memproyeksikan FBI masih akan tumbuh stabil mengikuti pertumbuhan bisnis transaksi debitur dan nasabah di Bank Mandiri.

Baca Juga: Fee based income Bank BRI tumbuh 18,59% di semester I 2020

Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dalam materi presentasi paparan kinerjanya semester I 2020, mencatatkan pendapatan non bunga sebesar Rp 5,5 triliun atau hanya tumbuh 3,5%.

Total pendapatan  fee dari konsumer turun 2,1% menjadi Rp 3,11 triliun dan fee dari business banking naik 4,2% jadi Rp 2,05 triliun.

Penurunan fee dari konsumer turun disebabkan terkoreksinya penempatan dari remitansi, layanan pembayaran tagihan (PPOB dan bill payment), bisnis kartu, bancassurance dan lain-lain.

Sedangkan fee dari layanan e-channel masih tumbuh 9,2% YoY menjadi Rp 671 miliar. Biaya administrasi kartu debit dan pemeliharaan account juga masih naik masing-masing 6% dan 5,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×