Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) masih menjajaki investor strategis untuk memperkuat permodalan perseroan sebagai bank digital.
Tahun ini, Bank Amar akan kembali melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue dengan menerbitkan 20 miliar lembar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Penambahan modal tersebut harus dilakukan untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum bank yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar Rp 3 triliun yang harus dipenuhi pada akhir 2022.
Pada Februari 2022 lalu, Bank Amar telah melakukan rights issue dengan target dana senilai Rp 1 triliun untuk memenuhi tahapan modal inti minimum Rp 2 triliun yang sebetulnya batas waktunya pada akhir 2021. Per Desember 2021, modal inti bank ini baru Rp 1,02 triliun.
"Bank Amar terbuka dengan masuk investor. Kita lakukan penjajakan. Penambahan modal ini harus dilakukan karena OJK menargetkan pemenuhan modal inti harus dilakukan tahun ini," kata Executive Vice President Retail Banking Amar Bank, Abraham Lumban Batu di Jakarta, Selasa (26/4).
Baca Juga: Pendapatan Bunga Bersih Naik, Amar Bank Catat Laba Bersih Rp 4,1 Miliar di 2021
Pengendali saham Bank Amar saat ini masih Tolaram Group Inc dengan porsi kepemilikan saham 30% per Desember 2021. Selebihnya dimiliki oleh pemegang saham publik.
Sebelumnya melaksanakan rights issue di bulan Februari 2022 lalu, Presiden Direktur Bank Amar Vishal Tulsian juga mengatakan tengah melakukan penjajakan dengan investor strategis untuk ikut mengembangkan bisnis perseroan sebagai bank digital.
"Kami sedang dalam pembicaraan dengan potensial investor untuk memenuhi modal inti Rp 3 triliun," kata dalam webinar, beberapa waktu lalu.
Perseroan akan mengundang investor strategis masuk melalui rights issue. Namun, belum ada masuk investor baru setelah aksi korporasi itu rampung.
Dalam menjalankan operasional bisnisnya sebagai bank digital, Bank Amar punya dua aplikasi andalannya yakni Tunaiku sebagai layanan kredit online dan Senyumku sebagai layanan digital banking.
Abraham mengatakan, tahun ini, Bank Amar menargetkan pertumbuhan kredit dua digit. Penyaluran kredit Bank Amar sebagian besar yakni sekitar 85%-90% sudah dilakukan lewat aplikasi Tunaiku. Sisanya merupakan kredit bisnis banking dengan plafon kredit minimal di atas Rp 5 miliar.
Tunaiku menyasar pasar lapisan masyarakat unbanked (tidak mendapat akses layanan finansial sama sekali) dan underbanked (mendapat akses layanan finansial, tetapi terbatas). Plafon pinjaman yang disalurkan lewat aplikasi ini mulai dari Rp 2 juta sampai Rp 20 juta.
Sampai Maret 2022, kata Abraham, penyaluran kredit Bank Amar tercatat tumbuh moderat sejalan dengan target.
Adapun aplikasi Senyumku utamanya ditujukan untuk nasabah Tunaiku. Itu sebabnya, Bank Amar telah melakukan integrasi system pada pada kedua aplikasi tersebut. Bank Amar akan melengkapi fitur pembayaran QRIS di aplikasi Senyumku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News