kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Bank antisipasi likuiditas seret di akhir tahun


Minggu, 25 September 2016 / 22:06 WIB
Bank antisipasi likuiditas seret di akhir tahun


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi pada kuartal IV 2016, likuiditas perbankan berpotensi mengalami pengetatan. Salah satunya disebabkan tren kredit yang mengalami kenaikan pada akhir kuartal. Sedangkan pertumbuhan dana simpanan masyarakat yang masih rendah dibandingkan kredit.

Berdasarkan data OJK per Juli 2016, tercatat loan deposit ratio (LDR) berada di angka 90,18% atau mengalami kenaikan 168 bps yoy. Terkait dengan kondisi likuiditas ini, perbankan berpotensi akan banyak menerbitkan surat berharga pada akhir tahun ini. Doddy mencatat sampai Agustus 2016, LDR perbankan berada diangka 91% atau lebih tinggi dari posisi Juni 2016.

Potensi likuiditas mengetat ini juga disebabkan karena prediksi dana tax amensty yang masuk ke industri perbankan masih belum merata di semua bank. 

LDR PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. sampai Juli 2016 tercatat naik 6,67 bps yoy menjadi 90%. “Likuiditas pada kuartal IV 2016 sangat tergantung pada realisasi penyaluran kredit bank,” ujar Direktur Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah BRI Mohammad Irfan, Jumat, (23/9).

PT Bank Negara Indonesia Tbk juga mencatatkan kenaikan LDR berdasarkan data Agustus 2016 sebesar 10,04 bps yoy menjadi 97%. Panji Irawan, Direktur Treasury PT Bank Negara Indonesia Tbk mengatakan, terkait dengan potensi mengetatnya likuiditas pada kuartal IV dan tahun depan, BNI mengharapkan beberapa relaksasi kepada regulator.

Pertama, penurunan GWM. Hal ini disebabkan karena, berkaca pada Maret 2016 lalu, ketika Bank Indonesia menurunkan GWM dari 8% menjadi 6,5% hal ini menyebabkan ada tambahan Rp 60 triliun dana segar masuk ke masing-masing bank.

Kedua, memasukkan pinjaman bilateral dalam salah satu perhitungan loan to funding ratio (LFR). “Dengan memasukkan bilateral loan bertenor satu tahun atau lebih diharapkan bisa mengimbangi kredit tanpa harus bergantung pada DPK,” ujar Panji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×