Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
Menyusutnya biaya dana tak lepas dari strategi BRI yang terus berupaya untuk meningkatkan porsi dana murah (CASA) dengan cara memperbaiki struktur pendanaan.
"Kami mendorong CASA melalui platform simpanan berbasis digital dan pengembangan micropayment system," katanya.
Sampai akhir tahun, BRI menargetkan BOPO ada di kisaran 60%-70%. Untuk menjaga itu, perseroan akan terus mendorong efisiensi biaya dana dengan fokus pada peningkatan dana murah. Hingga 2024, BRI akan mendorong rasio CASA bisa mencapai 66%.
Sementara dari jajaran bank kecil, PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) belum efisien dalam mengelola operasionalnya. Tingkat efisiensi perseroan turun karena adanya kenaikan biaya biaya pencadangan atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Per Maret 2022, bank milik Salim Group ini mencatatkan rasio BOPO di level 93,9%, naik dari 90% pada kuartal I 2021.
Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu mengatakan, biaya CKPN perseroan pada triwulan pertama tahun ini jauh lebih besar dari tahun lalu. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi pemburukan kredit yang masih dalam restrukturisasi Covid-19.
"Namun, seiring perbaikan kualitas kredit dan meningkatnya volume business dan asset productive, BOPO kami akan turun di akhir tahun ini," kata Daniel pada Kontan.co.id, Kamis (30/6).
Bank Ina menargetkan BOPO ada di bawah 90% tahun ini. Sementara digitalisasi yang dilakukan Bank Ina belum berdampak mendorong tingkat efisiensi perseroan. Menurut Daniel, proses digitalisasi masih terus berjalan dan butuh waktu untuk bisa menghasilkan fee based income.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News