Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Anto juga menambahkan saat ini proses uji tuntas penggabungan usaha antara Bank Banten dengan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR) juga masih dalam proses. Mengutip sejumlah pemberitaan lokal, langkah Gubernur Wahidin memilih penyuntikan modal Rp 1,9 triliun sejatinya karena menilai proses penggabungan usaha terjadi berlarut-larut, sementara Bank Banten punya tenggat pada Minggu 21 Juni untuk merampungkan proses penggabungan usaha.
Corporate Secretary Bank BJB Widi Hartoto enggan memberi tanggapan terkait saat dikonfirmasi Kontan.co.id.
Fahmi menilai sikap Gubernur Wahidin memilih aksi suntikan modal cukup melegakan. Maklum, Bank Banten tengah menghadapi sejumlah masalah keuangan kini, dan dana suntikan modal pasti bakal berfaedah untuk menunjang ekspansi kredit. “Sebagaimana yang telah kami sampaikan, rencana penggunaan dana adalah untuk mendukung kegiatan usaha perseroan,” sambung Fahmi.
Baca Juga: Pasca Bukopin, Kookmin Siap Caplok Ciptadana Sekuritas & Satu Perusahaan Multifinance
Eks Bank Pundi ini sudah berencana melakukan aksi penambahan modal via rights issue secara bertahap untuk menerbitkan 400 miliar saham senilai Rp 8 per saham. Bank Banten menargetkan dapat menghimpun dana hingga Rp 3,2 triliun. Rencananya ada dua rights issue yang digelar Juni 2020 untuk menghimpun dana Rp 500 miliar, dan Desember 2020 untuk menghimpun dana Rp 700 miliar.
Rencana tersebut batal karena pandemi dan adanya rencana penggabungan usaha dengan Bank BJB. Padahal Fahmi bilang sudah ada sejumlah investor anyar, termasuk investor asing yang siap menjadi pemegang saham Bank Banten via aksi tersebut. Tapi, rencana calon investor tersebut juga batal.
Fahmi mengatakan, Bank Banten memang sangat perlu suntikan modal untuk mendongkrak kinerja. Dari kalkulasinya, Bank Banten setidaknya butuh tambahan modal minimum Rp 500 miliar untuk dapat mulai mendulang laba pada 2021.“Tambahan modal akan kami gunakan untuk kredit mencapai Rp 2,02 triliun, yang kemudian bisa mengurangi cost of fund hingga 10,66%. Ini jadi salah satu skenario terbaik, bagaimana kami bisa meraih impas (break even point) pada 2021,” sambungnya.
Baca Juga: Peluang Kookmin Caplok 67% Saham Bukopin Lewat Private Placement Tanpa Tender Offer
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News