Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
Handiman melihan biaya kredit (CoC) bank ini akan mulai menurun pada tahun 2022 mengingat pencadangan yang dilakukan pada tahun 2020-2021 sudah cukup besar. Kredit restrukturisasi Covid-19 telah menurun dari Rp186,6 triliun (21,2% dari total pinjaman) pada Desember 2021 menjadi Rp157,0tr (16,6% dari total pinjaman) pada Desember 2021.
"Cakupan NPL sekarang mencapai 278,1% yang kami yakini lebih dari cukup untuk menutupi bahkan jika kelemahan kualitas aset yang lebih parah muncul pada tahun 2022," lanjut Handiman.
Secara kumulatif tahun 2021, laba bersih BRI secara konsolidasi tumbuh 66,5% YoY menjadi Rp 31,1 triliun. Itu di atas proyeksi Mirae Asset dan konsensus masing-masing sebesar 5,5% dan 10,9%.
Baca Juga: Sepanjang Tahun 2021, AgenBRILink Himpun Dana Murah Rp 19,38 Triliun
Handiman melihat pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan NII yang kuat sebesar 21,9% yang mampu mengimbangi lonjakan opex . Opex naik secara signifikan didorong oleh tunjangan karyawan satu kali.
Di sisi lain, rugi bersih PT Bank Raya Tbk (AGRO) masih menyeret laba bersih BBRI. Per September 2021, AGRO membukukan rugi bersih Rp1,8 triliun. Namun menurut Handiman, BBRI telah memastikan bahwa pembersihan kredit di AGRO telah selesai pada tahun 2021 dan tidak akan dilanjutkan pada tahun 2022.
Dengan begitu, Mirae Asset Sekuritas menyempurnakan perkiraannya terhadap kinerja BRI tahun ini. Proyeksi laba tahun 2022 direvisi jadi tumbuh 12,3%. "Kami mengulangi rekomendasi Beli kami dengan TP lebih tinggi Rp5.450 berdasarkan target P/B 2,5x." Tutup Handiman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News