kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank daerah bergelut menahan penurunan margin bunga


Selasa, 25 September 2018 / 06:48 WIB
Bank daerah bergelut menahan penurunan margin bunga
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah Bank Jatim


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Margin bunga perbankan mulai terkikis dengan tren kenaikan bunga acuan. Umumnya, bank yang lebih dulu menaikkan bunga simpanan sebelum bunga kredit akan merasakan penurunan net interest margin (NIM).

Bank Pembangunan Daerah (BPD) menjadi kelompok bank yang paling merasakan penurunan margin keuntungan bunga ini pada Juli. 

Dalam catatan Otoritas Jasa Keuangan, NIM bank daerah di level 6,2%. Angka ini lebih besar ketimbang NIM rata-rata perbankan keseluruhan sebesar 5,12%. 

Namun, NIM perbankan daerah ini merasakan penurunan paling dalam yaitu 35 basis poin dibanding Juli 2017. Sedangkan rata-rata perbankan mengalami penurunan NIM 23 basis poin. 

PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) mengamini kalau NIM saat ini trennya terus mengalami penurunan. Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha menjelaskan posisi Agustus 2018 NIM perseroan ada di level 6,45%.

NIM perseroan ini menurun sebanyak 43 basis poin bila dibandingkan dengan posisi pada periode Agustus 2017 lalu. "Posisi NIM sedikit tergerus terkait dengan kenaikan Fed Fund Rate, dan otomatis bunga deposito," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (24/9).

Sekadar informasi, The Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat ini tengah melakukan pengetatan moneter dengan cara menaikkan bunga acuannya (Fed Fund Rate), seiring dengan perbaikan ekonominya. Langkah ini mendorong penguatan dollar AS secara drastis dan melemahkan rupiah. Bank Indonesia (BI) untuk menahan arus dana asing keluar, alhasil mengambil keputusan menaikkan bunga acuannya juga sejak Mei lalu, sehingga berimbas pula pada bunga perbankan.

Lanjut Ferdian, tren NIM yang menyusut ini akan diprediksi akan terus berlanjut sampai penghujung tahun. Bank berkode saham BJTM pun memasang target NIM konservatif di kisaran 6,35%.

Sama seperti bank pada umumnya, ketika NIM mengalami penurunan akibat suku bunga yang meningkat. Bank Jatim juga akan meningkatkan efisiensi, sambil mendorong porsi dana murah perseroan.

Hal ini salah satunya dilakukan agar biaya dana alias cost of fund Bank Jatim stabil di bawah 3,5% sepanjang tahun ini.

Tak hanya Bank Jatim saja, PT BPD Sumatera Utara (Bank Sumut) juga merasakan penurunan NIM. Hanya saja, Sekretaris Perusahaan Bank Sumut Syahdan Siregar mengungkapkan sejalan dengan peningkatan kredit dan efisiensi yang dilakukan, NIM Bank Sumut ikut mengalami perbaikan.

Syahdan menjelaskan, per kuartal I 2018 lalu NIM perseroan ini ada di level 7,28%. Posisi ini tak bertahan lama, pada kuartal berikutnya NIM Bank Sumut turun ke level 6,94%. Namun, pada bulan Juli 2018 kembali meningkat menjadi 7%.

Pihaknya menjelaskan, data terakhir menggambarkan posisi NIM Bank Sumut terus beranjak naik. Per Agustus 2018 NIM sudah kembali terjaga di level 7,01%.

Melihat tren perbaikan tersebut, bank milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ini meyakini NIM pada akhir tahun akan melesat ke posisi 7,89%. Namun untuk saat ini, Bank Sumut mengakui kalau tren NIM saat ini memang menurun.

"Berdasarkan rencana bisnis bank (RBB). NIM Bank Sumut tahun ini diproyeksi naik dengan target 7,89%. Lebih tinggi dari NIM tahun lalu 7,44%," ujarnya.

Untuk menjaga rasio profitabilitas, beberapa strategi yang dilakukan oleh perseroan ini antara lain dengan menurunkan biaya dana. Di samping itu, pihaknya juga akan meningkatkan realisasi kredit berkualitas.

"Kami juga akan meningkatkan fee based income dan mengendalikan kredit bermasalah (NPL/non performing loan)," sambungnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×