Reporter: Issa Almawadi | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Bank Pembangunan Daerah (BPD) mempererat komunikasi jelang akhir tahun ini. Di periode ini, bank-bank yang tergabung dalam Asosiasi BPD (Asbanda) saling menutupi kebutuhan likuiditas.
Kresno Sediarsi, Direktur Utama BPD DKI Jakarta (Bank DKI) mengatakan, memang ada komunikasi antar BPD untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas akhir tahun. BPD yang kelebihan dana, akan membantu dengan cara placement (penempatan) bagi BPD yang kurang.
"Tidak ada spesifikasi khusus. Semua sesuai mekanisme pasar uang, jadi bisa ke bank mana saja," terang Kresno kepada KONTAN, Senin (16/11).
Meski begitu, kata Kresno, tidak ada perjanjian khusus dalam penempatan dana dari BPD yang kelebihan likuiditas. "Hanya saja, kalau ada yang butuh, maka akan didahulukan," imbuh Kresno.
Dalam kesepakatan itu, Kresno yang juga menjabat Ketua Asbanda ini menjelaskan, Bank DKI ikut berpartisipasi untuk membantu BPD yang kekurangan. Namun bantuan likuiditas dari Bank DKI tersebut hanya berkisar puluhan miliar rupiah hingga ratusan miliar rupiah saja.
Kresno menambahkan, kesepakatan tersebut tidak berkelanjutan, dan hanya bersifat aktivitas melalui pasar uang antar bank (PUAB) sesama BPD di akhir tahun saja.
Bank daerah lain, BPD Jawa Barat (Bank Jabar) juga siap terlibat dalam pemberian likuiditas yang dimaksud. Tapi, Sekretaris Perusahaan Bank Jabar, Hakim Pratama mengaku, pihaknya belum mendapat kejelasan terkait hal itu. "Kami siap jika diminta untuk membantu, dengan proses yang memadai," ujar dia.
Likuiditas aman
Hakim menambahkan, saat ini Bank Jabar mempunyai kelebihan likuiditas hingga Rp 20 triliun. Per September 2015, rasio penyaluran kredit dibandingkan pendanaan atawa loan to deposit ratio (LDR) Bank Jabar berada di kisaran 70,7%.
Nilai total penyaluran kredit Bank Jabar tercatat sebanyak Rp 54,49 triliun. Sedangkan, akumulasi dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 77,04 triliun. Manajemen Bank Jabar menargetkan, sampai akhir tahun 2015 nanti, rasio likuiditas (LDR) sebesar 92%.
Sebelumnya, Su'udi, Business Medium and Corporate Director Bank Jatim mengatakan, saat ini ada dana kelebihan likuiditas sekitar Rp 3 triliun dari sejumlah BPD. Nah dana tersebut bisa disalurkan kepada BPD yang membutuhkan tambahan likuiditas.
"Ini bagian dari mengoptimalkan kerjasama antar BPD. Yang punya dana surplus, membantu yang defisit," kata Su'udi. Bank Jatim sendiri memiliki porsi sekitar Rp 1 triliun.
Menurut Su'udi, porsi kelebihan likuiditas Bank Jatim yang besar tersebut lantaran selama ini pihaknya selalu memperoleh kelebihan penempatan dana dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang lebih tinggi ketimbang kredit.
Per September, DPK Bank Jatim naik 22,55% dari Rp 35,7 triliun menjadi Rp 43,7 triliun. Sementara, kredit tumbuh 12,07% dari Rp 26,1 triliun menjadi Rp 29,2 triliun. Sampai di sini, LDR Bank Jatim tercatat sebesar 66,82%. "Akhir tahun ini, kami optimalkan LDR bisa mencapai 80%," imbuh Su'udi.
Heru Kristiyana, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan IV Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bilang, kerjasama antar BPD itu bukan karena kekeringan likuiditas. Justru BPD sudah menjadi pemasok di PUAB. "Jadi, bukan karena masalah likuiditas," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News