kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank Digital Kaji Kemungkinan HAKI Menjadi Jaminan Pinjaman


Jumat, 09 September 2022 / 19:35 WIB
Bank Digital Kaji Kemungkinan HAKI Menjadi Jaminan Pinjaman
ILUSTRASI. Bank Digital Kaji HAKI jadi Jaminan Pinjaman, Perlu Kepastian Pemilik dan Valuasinya. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.


Sumber: Kompas.com | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Digital saat ini juga telah mengkaji kemungkinan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) menjadi objek jaminan pinjaman. Wakil Kepala Badan III Sistem Pembayaran Digital dan Neobank Kadin Indonesia Kaspar Situmorang mengatakan, potensi HAKI di Indonesia sangat besar untuk dapat dijadikan objek jaminan pinjaman. 

"Misalnya saat ini konsumsi masyarakat Indonesia terhadap video YouTube per hari itu rata-rata 4 jam. Potensi ini kami harapkan jangan sampai dimonetisasi bangsa lain," kata dia dalam acara penandatanganan MoU Aftech, Perbanas, dan Kadin di Jakarta, Jumat (9/9/2022). 

Ia menyebutkan, saat ini pihaknya telah bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk bank digital di luar negeri untuk dapat menghadirkan inovasi tersebut. 

"Kami harap tidak lama lagi hal tersebut dapat ditampilkan di Indonesia," imbuh dia. 

Baca Juga: Pinjaman Fintech ke UMKM Diyakini Tetap Melaju Meski Harga BBM Naik

Sementara, Wakil Sekretaris Jenderal I Aftech Dickie Widjaja mengatakan, HAKI sebagai objek jaminan pinjaman harus memenuhi prinsip kolateral. 

"Harus ada kepastian kepemilikan dan valuasinya," imbuh dia. 

Untuk dapat menjadikan HAKI sebagai objek jaminan pinjaman sebut dia, perlu ada metode pasti untuk dapat memastikan siapa pemilik dari sebuah HAKI. Selain itu, sebuah HAKI perlu memiliki valuasi yang jelas. Perlu adanya cara untuk menghitung valuasi dan prediksi dari valuasi tersebut di kemudian hari. 

"Itu yang masih perlu dipelajari. Kalau dua hal itu bisa diubah, bisa membuat penjaminan HAKI lebih cepat," ucap dia. 

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, tantangan dalam menjadikan HAKI sebagai objek jaminan pinjaman adalah belum adanya kejelasan dari bentuk perikatan yang dipersyaratkan. 

"Saat ini jenis HAKI yang memiliki jenis hukum dan perikatan yang jelas hanya hak cipta dan paten sebagaimana dalam undang-undang hak cipta dan paten, yaitu berupa perikatan secara fidusia," kata dia dalam webinar Prospek Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai Jaminan Utang, Kamis (1/9/2022). 

Baca Juga: Mitra Terjamin Jamkrindo Capai 5 Juta Per Juni 2022

Selain itu, perlu adanya penetapan lembaga penilai atas nilai ekonomis yang melekat pada HAKI. Sebab saat ini, belum terdapat lembaga penilai yang khusus menilai HAKI sebagai acuan bank. 
Selanjutnya, perlu ada penetapan tata cara eksekusi HAKI dan juga lembaga yang membantu dalam melaksanakan eksekusi HAKI yang dijadikan agunan. Dian menjelaskan, tantangan HAKI menjadi objek jaminan utang adalah belum tersedianya pasar sekunder.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bank Digital Kaji HAKI jadi Jaminan Pinjaman, Perlu Kepastian Pemilik dan Valuasinya"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×