Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pembiayaan tengah menghadapi tekanan profitabilitas di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat tingkat return on assets (ROA) perusahaan pembiayaan atau multifinance menurun menjadi 4,94% per kuartal I-2025, dari sebelumnya 5,57% pada Maret 2024.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, menjelaskan bahwa penurunan ROA tersebut merupakan imbas langsung dari ketidakseimbangan pertumbuhan aset dan profit.
“Karena profitnya tidak meningkat, nemun asetnya meningkat, nah tentu ROA-nya akan turun,” ujar Suwandi kepada Kontan, Senin (30/6).
Baca Juga: ROA Industri Pembiayaan Turun, Mandala Finance Tetap Cetak Kinerja Positif
Menurutnya, beban pencadangan menjadi faktor utama yang menekan laba. Perusahaan pembiayaan harus melakukan pencadangan lebih besar akibat meningkatnya rasio kredit bermasalah (non-performing financing/NPL), yang secara otomatis meningkatkan beban operasional.
“Beban operasional terhadap pendapatan operasional meningkat, dengan sendirinya ekwitasnya juga terjadi pertumbuhan yang minus, maka ROA-nya turun,” lanjutnya.
Suwandi juga menyoroti kondisi kompetisi di industri pembiayaan yang membuat perusahaan tidak bisa menaikkan suku bunga kepada debitur, meskipun biaya dana dari perbankan masih tinggi.
Baca Juga: CNAF Optimistis ROA Tembus 5% hingga Akhir 2025, Meski Sempat Tertekan pada Mei 2025
“Persaingan untuk mendapatkan debitur berkualitas semakin ketat. Akibatnya, suku bunga kepada konsumen tidak bisa dinaikkan. Marginnya turun, profitnya lebih kecil,” ungkapnya.
Situasi makin rumit karena perbankan belum menurunkan suku bunga pinjaman kepada perusahaan pembiayaan. Sementara itu, di sisi debitur, bunga yang dikenakan bersifat tetap (fixed rate) sepanjang tenor kredit, sehingga tidak bisa disesuaikan dengan perubahan kondisi pasar.
“Bunga kepada debitur kita sudah cukup rendah. Tapi karena bunga dana dari bank belum turun, ruang gerak margin makin sempit,” kata Suwandi.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa permintaan pembiayaan baru juga masih lesu. Banyak konsumen saat ini memilih menunda pembelian kendaraan atau barang konsumtif lainnya, dan lebih fokus memenuhi kebutuhan primer.
Baca Juga: ROA Multifinance Menurun, Tekanan Suku Bunga Jadi Tantangan Utama
Selanjutnya: Harga Minyak Dunia Stabil Senin (30/6), Seiring Meredanya Ketegangan Timur Tengah
Menarik Dibaca: Tiket Diskon KAI Terjual 1,89 Juta Kursi, Ini KA dengan Tarif di Bawah Rp 100 Ribu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News