kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.880.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.260   50,00   0,31%
  • IDX 6.928   30,28   0,44%
  • KOMPAS100 1.008   6,44   0,64%
  • LQ45 773   2,07   0,27%
  • ISSI 227   2,98   1,33%
  • IDX30 399   1,47   0,37%
  • IDXHIDIV20 462   0,59   0,13%
  • IDX80 113   0,62   0,55%
  • IDXV30 114   1,38   1,22%
  • IDXQ30 129   0,27   0,21%

Beralih dari Big Banks, Saham Bank KBMI 3 Kini Jadi Incaran Investor


Senin, 30 Juni 2025 / 20:03 WIB
Beralih dari Big Banks, Saham Bank KBMI 3 Kini Jadi Incaran Investor


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi investor yang menyukai saham perbankan, biasanya saham-saham big banks selalu menjadi idaman. Hanya saja, tampaknya kini investor juga mulai mengincar saham bank yang bukan masuk kategori KBMI 4.

Hal tersebut tercermin dalam saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang kini telah memiliki kapitalisasi pasar Rp 100 triliun lebih. Tepatnya, pada awal pekan ini (30/6), kapitalisasi pasar BNLI mencapai Rp 100,58 triliun. 

Meski demikian, kapitalisasi pasar BNLI telah menyentuh Rp 117,95 triliun pada Kamis (26/6) yang lalu.

Baca Juga: Tak Hanya Big Banks, Saham Bank Ini Juga Jadi Rekomendasi Analis

Bahkan, di perdagangan sesi pertama awal pekan ini, kapitalisasi pasar BNLI sempat menyentuh hingga Rp 120 triliun, melewati kapitalisasi pasar PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang sekitar Rp 119 triliun.

Maklum, harga BNLI memang telah meroket cukup tinggi jika dilihat sepanjang tahun 2025. Tak main-main, terhitung sejak awal tahun, harga saham Bank Permata ini telah naik hingga 194,18% menjadi Rp 2.780 per saham.

Junior Equity Analyst Pilarmas Sekuritas Arinda Izzaty mengungkapkan contoh BNLI ini menjadi bukti bahwa ada perubahan pola investasi di pasar saham, di mana investor kini tak hanya fokus pada bank-bank besar KBMI 4 seperti BRI, BCA, atau Bank Mandiri, tetapi juga mulai melirik bank-bank menengah dan kecil yang punya valuasi lebih menarik. 

 

Ia menilai BNLI menunjukkan kinerja keuangan yang cukup solid dalam enam bulan terakhir, yang turut mendukung kenaikan harga sahamnya.

Bank mencatat margin laba bersih sekitar 33% dan ROE di kisaran 8,4%, mencerminkan efisiensi operasional dan profitabilitas yang sehat. Pendapatan dan laba bersih juga tumbuh stabil, dengan posisi kas bersih yang kuat. 

Baca Juga: Ini Saham Bank yang Sedang Jadi Incaran Investor Asing, Bisnis Emas Jadi Andalan

Namun, dari sisi valuasi, Arinda melihat BNLI saat ini diperdagangkan dengan rasio price to earnings (P/E) sekitar 33–36 kali dan price to book value (PBV) sekitar 2,7 kali. Ini merupakan angka yang menandakan bahwa saham ini sudah berada di kisaran valuasi premium. 

“Oleh karena itu, BNLI lebih cocok dilihat sebagai saham bertipe pertumbuhan (growth stock) ketimbang saham undervalued,” ujar Arinda.

Ia menambahkan BNLI layak dipertimbangkan sebagai bagian dari portofolio investasi, khususnya bagi investor yang mengincar saham bertumbuh. Namun, karena valuasinya sudah cukup tinggi, akan lebih bijak jika dikombinasikan dengan saham-saham perbankan lain yang lebih undervalued sebagai bentuk diversifikasi risiko dan peluang.

Arinda menyebutkan ada saham-saham bank lainnya yang juga menarik seperti Bank Panin (PNBN), Bank OCBC NISP (NISP), dan CIMB Niaga (BNGA).

Di mana, PBV mereka masih di bawah 1 kali yang menunjukkan bahwa saham-saham perbankan dengan valuasi lebih murah masih memiliki potensi untuk menguat.

Sementara itu, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menilai apresiasi terhadap saham Bank Permata mencerminkan keyakinan pasar terhadap transformasi bank ini pasca diakuisisi oleh Bangkok Bank, termasuk potensi jangka panjangnya untuk naik kelas menjadi KBMI IV. 

Baca Juga: Saham Bank KBMI 4 Kompak Anjlok di Sesi Pertama Hari Ini (18/3), Begini Kata Analis

“Apalagi dengan meningkatnya free float dan perpindahan saham ke papan utama BEI, minat investor terhadap BNLI pun meningkat, khususnya dari institusi,” ujar Ekky.




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×