Reporter: Andri Indradie | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Bank Dunia (The World Bank) menyatakan, masih banyak masyarakat terutama dunia usaha yang kesulitan memperoleh fasilitas pendanaan dari perbankan dan lembaga finansial non bank. Dalam publikasinya "Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia", Bank Dunia menyebutkan suku bunga kredit yang tinggi masih menjadi salah satu halangan utama terhadap pendanaan bagi perusahaan kecil dan menengah.
Padahal, perusahaan itu merupakan sumber utama lapangan kerja di dalam perekonomian Indonesia. Di setiap negara, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan 98% dari seluruh kewirausahaan dan menyerap sekitar 60% tenaga kerja di sektor swasta.
Ekonom Danareksa Research Institute Yudhi Purbaya Sadewa mengatakan, perbankan tampaknya belum menunjukkan sifat keberpihakannya kepada sektor riil. "Ini terlihat dari spread bunga yang masih tinggi," ujarnya.
Spesialis Keuangan Unit Pengembangan Sektor Keuangan dan Swasta Bank Dunia Yoko Doi menjelaskan, Bank Dunia telah mengadakan studi terhadap para debitur yang telah ditolak permohonan kreditnya. Dia bilang, porsi paling besar ditolaknya pemberian kredit lantaran masalah administratif (45%), seperti kurangnya dokumen-dokumen. Dokumen ini seperti meliputi identitas pribadi, sertifikat kepemilikan tanah, atau bukti alamat tetap.
Masalah lainnya adalah jaminan tidak mencukupi (32%), pendapatan tidak memadai (22%), dan terlalu banyaknya utang (10%). "Temuan lainnya adalah ukuran dari rata-rata utang rumah tangga di Indonesia yang cukup tinggi dan untuk beberapa rumah tangga terutama yang berada di bawah garis kemiskinan, tingkat hutang ini saat itu juga sudah menjadi beban yang cukup besar bagi sebuah rumah tangga. Dan, beberapa di antara mereka memang tidak ingin meminjam uang," kata Yoko kepada KONTAN, Rabu (19/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News