Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
"Beberapa kasus yang kita sudah restrukturisasi, mendapat dukungan yang kuta dari pemerintah melalui Kementerian untuk memfasilitasi prosesnya dan melakukan komunikasi dengan kreditur di luar Himbara," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (4/6).
Adapun debitur BUMN di BNI yang sedang dalam proses untuk direstrukturisasi adalah Waskita dan Garuda. David bilang, keduanya sudah masuk masuk Loan at Risk (LaR) atau kredit berisiko.
Keduanya tidak diberikan program restrukturisasi Covid-19 karena tidak memenuhi syarat atau sudah bermasalah sebelum pandemi mencuat. Program relaksasi restrukturisasi Covid-19 hanya boleh diberikan kepada debitur yang usahanya bermasalah setelah pandemi.
Baca Juga: Kredit konsumsi perbankan mulai melesat berkat insentif pemerintah
Untuk memitigasi potensi pemburukan aset pada debitur BUMN yang mengalami masalah, BNI sudah menyiapkan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang cukup. Jumlah pencadangan yang dialokasikan berbeda tergantung dengan kondisi di masing-masing BUMN.
Semakin besar potensi kerugiannya maka CKPNnya semakin besar. "Sebagai ilustrasi, CKPN Garuda lebih besar dibanding Waskita," ujar David.
Sementara BRI tercatat memiliki kredit ke pihak afiliasinya sebesar Rp 75,103 triliun atau 8,21% terhadap total kredit perseroan per Maret 2021.
Menurut Agus Sudiarto, Direktur Management Resiko BRI, kualitas kredit ke debitur BUMN di BRI secara umum cukup terjaga dengan baik dengan rasio non performing loan (NPL) sekitar 1,3%. Itu masih berada di bawah NPL BRI secara total.
Agus mengakui, beberapa BUMN mengalami penurunan performa akibat pandemi Covid-19. Untuk debitur-debitur yang menghadapi gangguan ini telah dilakukan restrukturisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
"Beberapa restrukturisasi yang sudah terlaksana dengan baik diantaranya Krakatau Steel dan PTPN Group," ungkapnya.
Agus tidak menyebutkan BUMN mana yang mengalami masalah dan sedang dalam proses untuk restrukturisasi. Namun, bank ini tercatat memiliki kredit Rp 3,3 triliun ke Garuda Group per Maret 2021 dan Rp 2,76 triliun ke Waskita.
Sedangkan Bank Mandiri tercatat memiliki eksposur kredit ke pihak berelasi paling besar dibanding Himbara lainnya. Totalnya mencapai Rp 181,48 triliun atau 18,85% terhadap total kredit perseroan per Maret 2021. Pihak berelasi ini bukan hanya BUMN, tetapi juga karyawan kunci Bank Mandiri dan perusahaan yang memiliki kaitan dengan pengurus perseroan.
Untuk mengantisipasi risiko pemburukan kredit, Bank Mandiri telah menyiapkan CKPN sebesar Rp 67,26 triliun hingga Maret 2021. Adapun BTN memiliki outstanding kredit ke pihak berelasi Rp 16,97 triliun atau 6,49% terhadap total kredit perseroan. Sebagian besar diberikan pada perusahaan pelat merah yang berkaitan dengan properti dan konstruksi.
Selanjutnya: Menimbang untung rugi empat opsi penyelamatan Garuda (GIAA), mana pilihan terbaik?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News