Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan industri perbankan khususnya di kelompok bank besar akan makin sengit, lantaran di awal bulan ini PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) resmi menjadi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 4. Di sisi lain, makin gemuknya jumlah BUKU 4 jadi tantangan serius bagi bank kecil dalam golongan BUKU 1 dan BUKU 2.
Alasannya, pada 2018 saja, tanpa Panin, BUKU 4 telah menguasai 50,99% pangsa pasar industri perbankan. Sedangkan lima bank BUKU 4 yang juga merupakan emiten anggota indeks Kompas100, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank CIMB Niaga (BNGA) punya total aset Rp 4.114,55 triliun dari total aset industri perbankan sebesar Rp 8.068,34 triliun.
Sementara gabungan aset BUKU 1, dan BUKU 2 hanya mencapai Rp 895,11 triliun. Atau hanya 11,09% dari total aset industri perbankan. Apalagi soal laba, pada 2018, dari total laba bersih Rp 150,01 triliun, BUKU 1 meraih laba Rp 700 miliar, dan BUKU 2 dapat Rp 9,18 triliun. Sementara BUKU 4, menguasai 65,9% perolehan untung senilai Rp 98,99 triliun.
Direktur Keuangan Bank Sahabat Sampoerna Henky Suryaputra mengakui meski tantangan makin berat, bank kecil masih bisa bersiasat. Bank Sampoerna misalnya membidik segmen yang jarang digarap bank besar.
“Masing-masing BUKU punya segmennya sendiri, kami misalnya senantiasa fokus ke nasabah UMKM yang dalam banyak hal menjadikan kami tak langsung bersaing dengan BUKU 4,” katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (20/3).
Henky menambahkan, porsi kredit UMKM pun mendominasi portofolio kredit perseroan sebesar Rp 5 triliun atau sekitar 70% dari total kredit Rp 7,23 triliun pada 2018. Dari realisasi tersebut, merujuk laporan keuangan Desember 2018, perseroan berhasil mengeruk untung Rp 86,02 miliar. Tumbuh 133% (yoy) dibandingkan laba 2017 senilai Rp 36,92 miliar.
Sementara hingga Februari 2019, bank yang masuk kelas BUKU 2 dengan modal minimal Rp 1 triliun ini telah menyalurkan kredit senilai Rp 7,38 triliun. Tumbuh 16,47% (yoy) dibandingkan Februari 2018 dengan penyaluran senilai Rp 6,33 triliun. Tahun ini, segmen UMKM juga masih akan jadi andalan Bank Sampoerna.
“Secara total target penyaluran kredit kami tahun ini akan sejalan dengan arahan regulator dengan pertumbuhan double digit,” lanjut Henky.
Sementara BUKU 2 lainnya, PT Bank Mayora mengaku tengah menyusun strategi guna menghadapi persaingan yang makin diprediksi akan makin ketat. Maklum, dari laporan keuangan Desember 2018, laba perseroan turun 3,14% (yoy) menjadi Rp 33,07 miliar dibandingkan posisi 2017 senilai Rp 34,14 miliar.
“Kami sedang fokus melakukan peningkatan kinerja, serta dalam tahap diskusi berbagai kemungkinan yang akan diambil untuk kegiatan usaha perseroan ke depannya,” kata Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij kepada.
Meski tak merinci, Irfanto bilang upaya konsolidasi belum jadi opsi yang akan diambili perseroan. Tahun ini, Bank Mayora masih akan fokus menyalurkan kredit di segmen ritel dan komersil dengan fokus ke sektor perdagangan, baik besar maupun eceran. Sedangkan secara total, Irfanto berharap dapat meraih pertumbuhan kredit mencapai 12,5%.
Sementara hingga Februari 2019, Bank Mayora telah menyalurkan kredit Rp 3,84 triliun. Tumbuh 8,78% (yoy) dibandingkan realisasi Februari 2018 senilai Rp 3,53 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News