kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ditopang laba, ROE perbankan masih menggunung


Rabu, 20 Maret 2019 / 15:51 WIB
Ditopang laba, ROE perbankan masih menggunung


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemampuan bank mencetak laba kian membaik. Hal ini tercermin dari rasio return on equity (ROE) sejumlah bank yang meningkat. Ambil contoh, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang mencatatkan ROE sebesar 16,1% tahun 2018 lalu.

Posisi tersebut mengalami peningkatan dibandingkan periode tahun sebelumnya yang mencapai 15,6%. Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo mengungkapkan hal tersebut berasal dari pertumbuhan laba bersih BNI yang kian membaik.

Catatan saja, tahun lalu BNI mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 15,01 triliun atau tumbuh 10,3% secara year on year (yoy) dibandingkan tahun 2017 Rp 13,61 triliun.

Sementara itu, total ekuitas perusahaan tahun lalu tercatat mencapai Rp 110,37 triliun atau meningkat 9,4% yoy. Tahun ini, Anggoro optimistis pihaknya mampu meningkatkan ROE hingga ke level 16%-17%. Salah satu upayanya yakni dengan melakukan efisiensi biaya guna menggenjot laba lebih tinggi.

"Tahun ini kami harapkan pertumbuhan laba BNI sekitar 11%-13% yang akan dikontribusi oleh pertumbuhan interest income dan fee based income serta cost efficiency," tuturnya kepada Kontan.co.id, Rabu (20/3).

Meski begitu, ada pula beberapa bank yang justru mencatatkan penurunan ROE tahun lalu. Hal ini diakibatkan peningkatan laba di tahun 2018 tidak sederas tahun sebelumnya.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang membukukan ROE sebesar 18,83%. Posisi ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya 19,2%. 

Kendati turun, Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja bilang kalau posisi tersebut masih berada jauh di bawah target bawah yang dipatok perusahaan yakni 15%.

"ROE tidak pakai target, cuma ada minimum, dari dulu kita patok harus di atas 15%. Ini sudah sejak lama seperti itu," kata Jahja. 

Di tahun 2019 ini bank bersandi bursa BBCA ini menurutnya tidak dapat diprediksi.

Sebabnya, penghitungan ROE sangat berpengaruh terhadap keputusan pemegang saham. "Sulit diprediksi karena ROE faktornya banyak dan tergantung dari profit (laba) dan kebijakan dividen," sambungnya.

Asal tahu saja, akhir 2018 BCA membukukan laba bersih tumbuh 10,9% yoy dari Rp 23,31 triliun menjadi Rp 25,85 triliun. Meski begitu, pencapaian perseroan ini lebih rendah dibandingkan laba bersih medio 2017 yang tumbuh 13,2%.

"Tahun lalu laba tumbuh karena di tahun 2016 dan 2017 laba bank (industri) banyak yang turun, jadi di 2018 naik karena sebelumnya sempat anjlok," katanya. Adapun tahun lalu total ekuitas BCA tercatat naik 15,5% yoy menjadi Rp 151,75 triliun dibanding periode tahun sebelumnya Rp 131,4 triliun.

Sekadar informasi, laba bersih perbankan tahun lalu masih tumbuh tinggi meski digempur tekanan kenaikan suku bunga dan pengetat likuiditas. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per akhir tahun 2018 total laba bersih perbankan mampu menembus Rp 150,01 triliun atau naik 14,37% secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×