CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.925   -31,00   -0,20%
  • IDX 7.137   -77,78   -1,08%
  • KOMPAS100 1.092   -10,78   -0,98%
  • LQ45 871   -4,94   -0,56%
  • ISSI 215   -3,31   -1,52%
  • IDX30 446   -2,03   -0,45%
  • IDXHIDIV20 539   -0,53   -0,10%
  • IDX80 125   -1,22   -0,96%
  • IDXV30 135   -0,43   -0,32%
  • IDXQ30 149   -0,44   -0,29%

Bank Mandiri: BI Rate kemungkinan naik 0,25%


Selasa, 18 November 2014 / 16:56 WIB
Bank Mandiri: BI Rate kemungkinan naik 0,25%
ILUSTRASI. Twibbon Hari Jadi Bogor 3 Juni 2023.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi membuat Bank Indonesia diperkirakan bakal ikut menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate untuk menekan inflasi.

Hari ini, Selasa (18/11), BI pun melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang hingga pukul 16.20 WIB masih berlangsung.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin memperkirakan, kenaikan BI Rate tidak akan tinggi, yakni hanya sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25%. Dengan perkiraan kenaikan tersebut, kata Budi, efek terhadap kenaikan suku bunga kredit, tidak signifikan.

"Dampak bunga kredit tidak akan terlalu besar kalau BI Rate naik 25bps. Masih bisa di absorb. Ke depan, kami belum tentu akan naikkan suku bunga kredit, karena posisi suku bunga kredit saat ini masih bisa diterima," ujar Budi saat ditemui pada seminar Risk and Government Summit 2014 di Jakarta, Selasa (18/11).

Budi menilai, efek domino dari kenaikan BI Rate untuk antisipasi laju inflasi kenaikan harga BBM tidak akan meningkatkan risiko kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan secara signifikan.

"NPL rate tidak akan tinggi, karena kenaikan BI Rate juga tidak se-drastis sebelumnya," kata Budi.

Budi merinci, kenaikan NPL sebagai efek domino dari kenaikan harga BBM akan dapat terlihat pada tengah tahun mendatang. Selain itu, lanjut Budi, permintaan atau demand kredit konsumsi pun akan mengalami perlambatan.

Ini karena, pengaruh kenaikan harga BBM membuat ekses likuiditas masyarakat menjadi lebih sedikit dibandingkan sebelumnya karena efek kenaikan harga barang. Dengan begitu, secara otomatis, pertumbuhan kredit konsumsi tidak akan secepat tahun-tahun sebelumnya.

Perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi akan mulai terlihat pada awal tahun depan. "Pengalaman kami, perlambatan banyak terjadi di kredit konsumsi. Kemudian kredit transportasi berkurang sedikit. Secara over all, nanti semuanya akan kena, karena jumlah uang yang dimiliki masyarakat yang menjadi purchasing power berkurang," kata Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×