Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
Developer yang jadi mitra Bank Mandiri dibagi tiga yakni tier 1 yang mencakup pengembang besar, tier dua yang melingkupi pengembang dengan proyek besar namun hanya ada di satu wilayah tertentu, dan pengembang reguler yang mencakup pengembang kecil dengan skala proyek yang terbatas.
Dalam melakukan kerjasama dengan pengembang, Bank Mandiri melakukan kerjasama per proyek. Dalam melakukan penandatanganan kerjasama (PKS), perseroan akan mendapatkan kuota untuk dibiayai dari proyek itu sehingga selebihnya akan dibiayai bank lain.
"Biasanya pengembang tidak hanya bekerjasama dengan satu bank. Bahkan, sesama bank BUMN kami bisa masuuk bersamaan membiayai KPR dalam satu proyek seperti proyek Perumnas," jelas Susatyo.
Nasabah payroll di Bank Mandiri terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Saat ini, porsinya sudah mencapai 30%. Ini akan menjadi fokus utama perseroan dalam menyalurkan KPR karena data nasabah sudah tersedia di Bank Mandiri sehingga proses bisnisnya bisa dilakukan dengan cepat. Sementara untuk non payroll, Bank Mandiri fokus pada karyawan dari nasabah-nasabah korporasi perseroan.
Sementara KPR Take over dilihat juga memiliki potensi yang besar sehingga segmen ini juga akan semakin didorong tahun ini. Di kuartal I, Bank Mandiri membukukan KPR Take over sebesar Rp 100 miliar dan sepanjang tahun ini ditargetkan bisa mencapai Rp 500 miliar.
Susatyo bilang, peluangnya besar karena dulu Bank Mandiri belum banyak melakukan kerjasama dengan developer reguler. Sehingga nasabah payroll perseroan banyak menggunakan KPR di bank lain dan saat ini diperkirakan sudah memasuki masa floating atau dikenakan bunga mengambang dengan kisaran 10,5%-12,5%.
"Kalau mau bunga single digit, kami tawarkan Take over dengan bunga mulai 6,5% fixed 3 tahun, bahkan 8,5% fixed 10 tahun. Ini akan sangat membantu menurunkan angsuran mereka yang sudah memasuki masa flaoting," ujar Susatyo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News