Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan terus memacu penyaluran Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) sebelum memasuki tren kenaikan suku bunga bunga. Berbagai strategi disiapkan mulai dari promo bunga KPR, meningkatkan kerjasama dengan pengembang, bersaing dengan bank lain dengan menggiatkan KPR take over.
PT Bank Mandiri Tbk misalnya, sudah punya menjalankan sejumlah strategi dan terbukti berhasil dalam mencatat pertumbuhan KPR cukup baik di kuartal I 2022 yakni tumbuh 7,6% secara year on year (YoY) menjadi sekitar Rp 46,7 triliun.
Tahun ini, perseroan menargetkan KPR tumbuh 7%-8%. EVP Consumer Loans Bank Mandiri Ignatius Susatyo mengatakan, capaian kuartal I terbilang tinggi karena dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dimana KPR masih melemah. Sehingga sembilan bulan ke depan masih akan menantang bagi Bank Mandiri untuk bisa mencapai target.
Baca Juga: Bank Mandiri Siapkan Uang Tunai Rp 28 Triliun untuk Kebutuhan Jelang Lebaran
"Tahun lalu, semester II sudah mulai tumbuh KPR. Jadi kita harus menjaga jangan sampai nanti capai di kuartal II dan III seolah-lah terlihat melambat dari kuartal I meskipun tetap tumbuh," katanya pada Kontan.co.id, Senin (11/4).
Susatyo mengatakan, ada sejumlah strategi yang disiapkan Bank Mandiri untuk menjaga pertumbuhan. Perseroan menggulirkan promo suku bunga KPR mulai dari 3,63% fixed tiga tahun dengan minimal tenor 12 tahun dalam gelaran Mandiri Festival Properti (MFPI) Online 2022, yang dimulai pada 31 Maret hingga 30 Juni 2022.
Dari expo itu, Bank Mandiri membidik booking KPR sebesar Rp 2 triliun. Namun, realiasinya di kuartal II diperkirakan sekitar Rp 1 triliun. Strategi berikutnya adalah dengan fokus pada nasabah payroll, meningkatkan kerjasama dengan developer baik kecil, menengah maupun besar, dan semakin fokus menawarkan program KPR take over.
Developer yang jadi mitra Bank Mandiri dibagi tiga yakni tier 1 yang mencakup pengembang besar, tier dua yang melingkupi pengembang dengan proyek besar namun hanya ada di satu wilayah tertentu, dan pengembang reguler yang mencakup pengembang kecil dengan skala proyek yang terbatas.
Dalam melakukan kerjasama dengan pengembang, Bank Mandiri melakukan kerjasama per proyek. Dalam melakukan penandatanganan kerjasama (PKS), perseroan akan mendapatkan kuota untuk dibiayai dari proyek itu sehingga selebihnya akan dibiayai bank lain.
"Biasanya pengembang tidak hanya bekerjasama dengan satu bank. Bahkan, sesama bank BUMN kami bisa masuuk bersamaan membiayai KPR dalam satu proyek seperti proyek Perumnas," jelas Susatyo.
Nasabah payroll di Bank Mandiri terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Saat ini, porsinya sudah mencapai 30%. Ini akan menjadi fokus utama perseroan dalam menyalurkan KPR karena data nasabah sudah tersedia di Bank Mandiri sehingga proses bisnisnya bisa dilakukan dengan cepat. Sementara untuk non payroll, Bank Mandiri fokus pada karyawan dari nasabah-nasabah korporasi perseroan.
Sementara KPR Take over dilihat juga memiliki potensi yang besar sehingga segmen ini juga akan semakin didorong tahun ini. Di kuartal I, Bank Mandiri membukukan KPR Take over sebesar Rp 100 miliar dan sepanjang tahun ini ditargetkan bisa mencapai Rp 500 miliar.
Susatyo bilang, peluangnya besar karena dulu Bank Mandiri belum banyak melakukan kerjasama dengan developer reguler. Sehingga nasabah payroll perseroan banyak menggunakan KPR di bank lain dan saat ini diperkirakan sudah memasuki masa floating atau dikenakan bunga mengambang dengan kisaran 10,5%-12,5%.
"Kalau mau bunga single digit, kami tawarkan Take over dengan bunga mulai 6,5% fixed 3 tahun, bahkan 8,5% fixed 10 tahun. Ini akan sangat membantu menurunkan angsuran mereka yang sudah memasuki masa flaoting," ujar Susatyo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News