Reporter: Bernadette Christina Munthe, Wahyu Satriani | Editor: Edy Can
JAKARta. Perbankan berpesta laba. Pendapatan bunga kredit masih menjadi andalan utama bank mendulang keuntungan. Di kuartal pertama tahun ini, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) misalnya, berhasil mencetak laba hingga Rp 3,26 triliun atau naik 51,5% (year on year). Pendorong laba tersebut adalah bunga bersih BRI yang meningkat 21,7% atau senilai Rp 8,08 triliun. Sedangkan penyaluran kredit BRI tumbuh 19,2% atau bertambah Rp 40,2 triliun.
Andalan kredit BRI di segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi tambang emas bank yang memiliki ribuan cabang ini. Margin bunga bersih (NIM) BRI naik menjadi 9,67%. Kuartal I 2010 lalu NIM BRI masih 9,37%. "Tapi jika dibandingkan akhir tahun, NIM kami turun," kata Ahmad Baiquni, Direktur Keuangan BRI, Jumat (29/4).
Bank-bank penyalur kredit UMKM selalu beralasan, premi risiko dan biaya operasional yang tinggi membuat selisih bunga kredit dan simpanan lebar. Bunga kredit UMKM BRI di pasar bisa di atas 20%. Padahal bunga simpanan paling tinggi hanya 7%.
Kompetitor BRI yaitu Bank Danamon (BDMN) juga masih menikmati NIM tinggi di angka 10,2%. Direktur Keuangan Danamon Vera Eve Lim menjelaskan, ke depan NIM akan terus tertekan seiring ketatnya persaingan bank menjual kredit. Bank harus meningkatkan efisiensi atau menekan margin jika tetap ingin kompetitif di pasar. Saat ini rata-rata NIM bank umum 5,53%.
Kuartal I 2011 lalu, Danamon mengantongi pendapatan bunga bersih Rp 2,6 triliun. Sementara penyaluran kredit meningkat 33,4% menjadi Rp 86 triliun. Kendati kredit naik tinggi, pertumbuhan laba Danamon cuma 9%, menjadi Rp 763 miliar.
Sementara Bank Mandiri (BMRI) mencetak laba senilai Rp 3,8 triliun, naik 88,7% year on year. Pendongkraknya adalah hasil penjualan saham Garuda Indonesia senilai Rp 1,4 triliun, Februari lalu. Mandiri juga mengantongi pendapatan dari AXA Mandiri, anak usaha di bisnis asuransi, senilai Rp 875 miliar.
Selain itu, laba Mandiri terkerek pendapatan non-bunga yang naik 145,6% menjadi Rp 1,4 triliun. "Tanpa itu, laba kami hanya tumbuh 20%," ujar Direktur Utama Mandiri Zulkifli Zaini. Pendapatan bunga bersih Mandiri saja cuma naik 7,1% menjadi Rp 4,9 triliun.
Laba Panin anjlok
Bank Panin tidak sesumringah tiga bank tersebut. Kuartal I 2011, laba Panin anjlok 20% menjadi Rp 362,57 miliar. "Tahun lalu kami mendapat fee based income dari penjualan obligasi, tahun ini tidak," ujar Wakil Presiden Direktur Panin Rosniati Salihin.
Biaya operasional non-bunga naik dari Rp 982,6 miliar menjadi Rp Rp 1,41 triliun. Penyebabnya, kerugian dari pos transaksi spot dan derivatif sebesar Rp 30,02 miliar. Naik berlipat-lipat dari kuartal I 2010 yang hanya sekitar Rp 2,6 miliar.
Panin juga mengalami kerugian penyertaan dengan equity method, komisi/provisi, dan administrasi. Nilainya sebesar Rp 23,17 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News