Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
Sementara sektor yang diperkirakan Sigit akan menyumbang pertumbuhan kredit adalah jasa konstruksi, telekomunikasi, serta industri makanan dan minuman.
BRI masih optimistis mencapai target pertumbuhan kredit 9%-11% sampai akhir tahun meskipun tekanan ekonomi masih berat yang bersumber dari global seperti kenaikan suku bunga The Fed, perang, dan inflasi.
Sunarso Direktur Utama BRI mengatakan, pencapaian target akan didukung oleh kondisi likuiditas perseroan yang masih sangat memadai dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) ada di level 86,9% dan permodalan yang kuat yang ditandai dengan Capital to Adequacy Ratio (CAR) 24,6% Per Maret 2022.
Baca Juga: Bank Mandiri dan BRI Jadi Penguasa Aset Perbankan
Pertumbuhan aset BRI di tiga bulan pertama tahun ini didukung oleh kenaikan kredit dan DPK masing-masing 7,4%.
Adapun pertumbuhan aset BCA sejalan dengan DPK yang masih meningkat pesat yakni 17,5% YoY dan kredit yang naik 8,6% YoY. Hingga akhir tahun, BCA menargetkan kredit tumbuh 6%-8%.
Presiden Direktur Bank BCA Jahja Setiatmadja melihat, tren kredit ke depan akan semakin meningkat sejalan dengan vaksinasi yang semakin merata, sektor perkebunan dan pertambangan yang masih cukup bagus, serta kebijakan pemerintah yang sudah membuka karantina yang akan mendorong industri pariwisata.
Baca Juga: Reksa Dana Saham Eastspring Indonesia Tersedia di OVO Invest, Kolaborasi OVO-Bareksa
BNI juga optimis pertumbuhan kredit di kuartal II akan lebih kuat dari triwulan pertama yang baru tumbuh 5,8% karena didukung oleh momentum Lebaran.
Oleh karena itu, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, perseroan masih mempertahankan target kredit tumbuh di kisaran 7%-10% tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News