Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mega Tbk (MEGA) mengaku tahun lalu menjadi bank yang mencatat pertumbuhan kinerja intermediasi tertinggi di tanah air. Bank milik taipan Chairul Tanjung ini tahun lalu mencatat pertumbuhan 25,47% (yoy), dari Rp 42,52 triliun pada 2018 menjadi Rp 53,01 triliun akhir tahun lalu.
“Pertumbuhan kredit kami mencapai 25% tahun lalu, jauh lebih besar dibandingkan peers kami di BUKU 3 yang pertumbuhannya negatif 5%, dan jauh lebih tinggi dibandingkan industri yang cuma tumbuh 6%. Kami menjadi bank yang mencatat pertumbuhan kredit tertinggi tahun lalu,” kata Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib saat paparan publik, Kamis (5/3) di Jakarta.
Baca Juga: Bangkok Bank bisa integrasikan cabang di Indonesia dengan Bank Permata
Kredit Bank Mega utamanya ditopang dari segmen korporasi yang tersalurkan Rp 23,19 triliun dengan pertumbuhan 51,27% (yoy), kemudian sektor joint financing yang tumbuh 14,37% (yoy) senilai Rp 15,36 triliun.
Adapun di segmen konsumsi pertumbuhan bisnis kartu kredit perseroan tumbuh 2,23% (yoy) menjadi Rp 7,88 triliun. Sedangkan segmen ritel dan komersial tumbuh 14,06% (yoy) senilai Rp 6,65 triliun.
Kualitas kredit perseroan juga dapat dijaga dengan baik, meskipun tercatat sedikit meningkat. Tahun lalu rasio non performing loan (NPL) gross perseroan berada di kisaran 2,46%, meningkat 86 bps dibandingkan akhir 2018 sebesar 1,60%.
Direktur Kredit Bank Mega Madi Darmadi Lazuardi bilang kredit macet perseroan tahun lalu meningkat akibat salah satu debiturnya tersangkut perkara hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Baca Juga: Soal corona, Maybank bantu debitur manufaktur diversifikasi pengadaan bahan baku
“Ada salah satu debitur kami, perusahaan Migas yang PKPU, ini satu-satunya sumber kenaikan NPL kami tahun lalu. Tapi saat Januari lalu sudah beres sehingga NPL kami juga sudah kembali membaik di level 1,2%,” katanya kepada Kontan.co.id usai paparan.
Dengan kinerja intermediasi yang baik, Bank Mega tahun lalu juga mencatat pertumbuhan aset sebesar 20,48% (yoy) menjadi Rp 100,80 triliun tahun lalu. Kostaman bilang ini juga pertama kalinya perseroan punya aset lebih dari Rp 100 triliun.
Tak cuma aset, laba bersih perseroan juga tercatat tumbuh signifikan. Dari Rp 1,59 triliun pada 2018 menjadi Rp 2,00 triliun akhir tahun lalu dengan pertumbuhan 25,78% (yoy).
Baca Juga: Harga emas meroket, nasabah Tabungan Emas Pegadaian tembus 4,8 Juta orang
“Fokus kami memang terhadap profitabilitas, dibandingkan pertumbuhan aset. Ini juga tercermin dari RoA (return of asset) yang mencapai 2,9%, berada di atas BUKU3, dan industri,” sambung Kostaman.
Adapun tahun ini, Kostaman menargetkan kredit perseroan bisa tumbuh 15% (yoy) menjadi Rp 61 triliun. Sedangkan laba bisa tumbuh di kisaran 20%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News