kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Muamalat Berharap Pembiayaan dan DPK Bisa Tumbuh 20% pada Tahun 2023


Kamis, 24 November 2022 / 16:44 WIB
Bank Muamalat Berharap Pembiayaan dan DPK Bisa Tumbuh 20% pada Tahun 2023
ILUSTRASI. Customer service melayani nasabah di?kantor cabang Bank Muamalat di Tangerang Selatan, Jumat (19/8). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluy0/19/08/2021.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk optimis bisnis bisa lebih tinggi lagi di 2023. Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K. Permana memproyeksikan dana pihak ketiga (DPK) bisa tumbuh 20% di tahun depan. 

“Harusnya DPK itu dipakai untuk pembiayaan, kira-kira pertumbuhan pembiayaan kurang lebih naik 20%. Walaupun kita belum final karena kita perlu berbicara dengan pemegang saham, normalnya ke arah sana,” ujar Permana di Jakarta pada Kamis (24/11). 

Salah satu upaya Bank Muamalat mengejar target itu dengan merilis fitur terbaru di aplikasi mobile banking Muamalat Digital Islamic Network (DIN) yang bernama Digital Customer On Boarding. Melalui fitur ini, calon nasabah Bank Muamalat dapat membuka rekening baru melalui Muamalat DIN di smartphone tanpa perlu lagi datang ke kantor cabang.

Permana mengatakan, saat ini 90% transaksi yang dilakukan oleh nasabah perseroan sudah melalui kanal digital dimana mayoritas dilakukan melalui aplikasi Muamalat DIN. Oleh karena itu, pihaknya melakukan inovasi digital yang sejalan dengan tren tersebut agar kebutuhan nasabah dapat terakomodir.

Baca Juga: Kuartal III-2022 Tumbuh Kencang, Begini Target Bisnis Bank BRI Hingga Akhir 2022

Fitur Digital Customer On Boarding ini membuat semua proses pembukaan rekening dapat dilakukan dari mana saja secara online mulai dari pengisian data pribadi, pemilihan produk tabungan, hingga verifikasi data diri secara elektronik atau electronic know your customer (e-KYC).

“Hadirnya fitur ini menunjukkan bahwa layanan digital milik Bank Muamalat sudah mumpuni. Sebagai bank pertama murni syariah di Indonesia, kami ingin menunjukkan bahwa bank syariah saat ini sudah tidak kalah dengan bank konvensional baik dari sisi layanan maupun produk. Sehingga tidak ada lagi alasan untuk tidak beralih ke bank syariah,” ujarnya.

Ia berharap melalui perilisan produk baru ini, terdapat tambahan nasabah baru hingga 20% di tahun depan. Sedangkan saat ini, bank syariah pertama di Indonesia ini telah memiliki 1,5 juta nasabah. 

Asal tahu saja, Bank Muamalat membukukan laba bersih senilai Rp 31,61 miliar hingga akhir September 2022. Naik 332,42% secara tahunan alias year on year (YoY) dari posisi yang sama tahun lalu Rp 7,31 miliar. 

Hal ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan berbasis komisi alias fee based income yang mencapai Rp 568,97 miliar. Nilai ini meningkat 70,51% YoY dari  posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 333,68 miliar. 

Sehingga, laba operasional dari bank syariah pertama ini melesat 112,25% YoY  dari Rp 31,34 miliar menjadi Rp 66,52 miliar di sembilan bulan pertama 20222. 

Permana mengatakan kinerja ini lantaran bisnis yang dijalankan oleh bank sudah kembali ke koridor normalnya. Maklum, Bank Muamalat baru saja mendapatkan kepastian investor dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). 

Selam mencari investor baru ini, Bank Muamalat cenderung menahan bisnis. Bahkan, Permana menyatakan 2022 masih menjadi tahun konsolidasi bagi Bank Muamalat. 

“Kondisi sekarang sudah berbalik, berbeda dengan setahun lalu, saat BPKH belum masuk, modal belum ada, masalah masih banyak. Sekarang masalahnya sudah selesai semua, dan kami mulai bangun aset dan profitabilitas makin bagus,” tuturnya. 

Baca Juga: Transaksi Transfer Antarbank BNI Sudah Didominasi BI-Fast

Adapun rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) berhasil ditekan dari 4,94% menjadi 2,35% pada September 2022. 

Dari sisi penghimpunan dana, total dana pihak ketiga (DPK) perseroan terpantau tumbuh tipis dari posisi Rp43,82 triliun pada September 2021 menuju Rp44,95 triliun tahun ini. 

Sedangkan Net operating margin (NOM), misalnya, naik menjadi 0,18%.  Sementara itu, return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) masing-masing berada di posisi 0,09% dan 0,84%.

Permana optimis tahun 2022 ini bakal terjadi tambahan pembiayaan baru senilai Rp 3,2 triliun. Rinciannya, Rp 1,6 triliun dari sektor ritel dan konsumer dan Rp 1,6 triliun lagi dari sektor dari korporasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×