Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Demi menjaga ketahanan modal yang kuat, dan menyambut ketentuan Basel 3 di tahun depan, Bank Permata tengah mengkaji penerbitan subdebt dan penawaran saham terbatas (rights issue). Dari dua aksi itu, Bank Permata mengincar dana hingga Rp 3-4 triliun.
Roy Arfandy, Plt Direktur Utama Bank Permata, menerangkan kajian dua aksi pemupukan modal tersebut akan masuk dalam rencana bisnis bank (RBB) yang diharapkan bisa tuntas pada November mendatang. Saat ini, Roy memperkirakan, pihaknya bisa menerbitkan subdebt senilai kurang lebih Rp 1 triliun dan rights issue dnegan target dana Rp 2-3 triliun.
"Hitung-hitungannya sesuai kebutuhan modal dengan melihat pertumbuhan kredit. Selain itu, kami juga akan tetap memantau kondisi makro ekonomi," ujar Roy, Rabu (8/10).
Sejatinya, Bank Permata juga berencana untuk menerbitkan subdebt di tahun ini. Roy menyebutkan, target dana subdebt tahun ini berkisar Rp 700 miliar hingga Rp 1 triliun. Dari penerbitan subdebt di tahun ini, Roy berharap aksi tersebut bisa membuat Bank Permata mempertahankan level capital adequacy ratio (CAR) sebesar 16%.
Bank terafiliasi Grup Astra dan Standard Chartered ini memang selalu berupaya mendiversifikasi pendanaan dari pasar modal. Dalam pelaksanaan subdebt tahun ini, merupakan kelanjutan dari penerbitan obligasi sebelumnya. Saat ini, rencana penerbitan subdebt masih dalam tahap diskusi internal untuk akhir tahun ini.
Di tahun lalu, Permata menyiapkan dua skema obligasi. Pertama obligasi berkelanjutan I senilai Rp 3,5 triliun, dan obligasi subordinasi berkelanjutan II Rp 3,5 triliun.
Untuk tahap I, obligasi berkelanjutan I Permata diterbitkan senilai Rp 1,5 triliun. Sementara, untuk obligasi subordinasi berkelanjutan II tahap I senilai Rp 1 triliun. Dengan begitu, Bank Permata mendapat dana Rp 2,5 triliun dari tahap pertama dua skema obligasi tersebut.
Dana hasil penerbitan Obligasi berkelanjutan I tahap I dipergunakan untuk penyaluran kredit. Di sisi lain, obligasi subordinasi berkelanjutan II tahap I digunakan untuk penyertaan pada Astra Sedaya Finance (ASF).
Mengenai proyeksi kredit tahun depan, Roy bilang, pertumbuhan kredit bank secara industri akan lebih lambat di tahun ini atau berada pada kisaran 12%. "Kalau kami, tahun ini rasanya hanya bisa mencapai pertumbuhan kredit 14%-15% saja," imbuh Roy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News