Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Perbankan Indonesia menyiapkan rencana pembiayaan kredit ke sektor infrastruktur untuk tahun 2014. Terlebih, Hatta Rajasa Menteri Koordinator Bidang Perekonomian memastikan kebutuhan investasi pada proyek infrastruktur sebesar Rp 380 triliun untuk 20-25 proyek di sektor jalan tol, pelabuhan dan listrik di tahun mendatang.
Abdul Rachman Direktur Institutional Banking Bank Mandiri menyampaikan, pihaknya akan membuka peluang untuk pembiayaan infrastruktur tahun depan, meskipun masih ada komitmen kredit yang belum disalurkan (undisbursed loan) sebesar Rp 6 triliun di tahun 2013 ini. Bank berplat merah ini akan komitmen membiayai sektor-sektor pelabuhan laut dan udara, jalan tol dan power plan.
"Kami bisa membiayai Rp 10 triliun lebih untuk infrastruktur pada tahun 2014," katanya, kepada KONTAN, kemarin. Adapun dana tersebut rencananya akan berasal dari dana jangka panjang seperti obligasi, bonds dan deposito, atau kerjasama dengan lembaga keuangan internasional yang memiliki dana jangka panjang seperti Bank Pembangunan Jepang, Bank Jerman atau World Bank.
Rachman menambahkan, ada sejumlah hambatan dalam membiayai infrastruktur selain sumber dana. Salah satunya yakni pembebasan lahan pembangunan. Misalnya, proyek jalan tol memiliki hambatan dari persiapan lahan yang agak lambat, kemudian akhirnya dengan berjalannya waktu membuat biaya (cost) naik sehinga perlu ada evaluasi ulang untuk rencana bisnis dan dana.
Eko Budiwiyono Direktur Utama Bank DKI Jakarta, mengatakan, infrastruktur masih menarik untuk dibiayai. Pihaknya memang menjadikan infrastruktur sebagai salah satu sasaran pengembangan kredit. Sektor-sektor yang dibiayai adalah pembangkit listrik dan jalan tol. "Bank DKI Jakarta tertarik untuk ikut karena memang masih dibutuhkan untuk pengembangan ekonomi," kata Eko.
Roy A. Arfandy Direktur Whosale Banking Bank Permata mengatakan, prospek pembiayaan infrastruktur masih potensial pada tahun depan, namun pihaknya tidak akan gegabah dan selektif dalam memberikan kredit apalagi BI rate kembali dinaikkan menjadi 7,5% sehingga membuat biaya kredit makin tinggi. "Selain itu, kami juga masih belum jelas apa saja perincian proyek infrastruktur sebesar Rp 380 triliun itu," tutur Roy.
Pada pidatonya Hatta menuturkan, sumber danan pembangunan infrastruktur sebesar Rp 380 triliun dapat diperoleh dari beberapa cara, misalnya dana APBN, pinjaman dari lembaga keuangan atau penerbitan surat utang. Ia berharap pihak Bank Usaha Milik Negara (BUMN) memberikan kontribusi 30% untuk infrastrktur, Pemerintah 36%, campuran 28% dan swasta sekitar 5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News