kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.890.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.280   10,00   0,06%
  • IDX 7.944   80,88   1,03%
  • KOMPAS100 1.121   13,02   1,18%
  • LQ45 827   11,72   1,44%
  • ISSI 268   1,95   0,73%
  • IDX30 428   6,26   1,48%
  • IDXHIDIV20 493   6,23   1,28%
  • IDX80 124   1,67   1,36%
  • IDXV30 131   1,54   1,20%
  • IDXQ30 138   1,86   1,36%

Harapan Kredit Perbankan Tumbuh Dobel Digit Mulai Sirna


Rabu, 20 Agustus 2025 / 20:06 WIB
Harapan Kredit Perbankan Tumbuh Dobel Digit Mulai Sirna
ILUSTRASI. BI mencatat pertumbuhan kredit per Juli 2025 hanya mencapai 7,03% secara tahunan (YoY), melambat dari tahun sebelumnya 7,77%


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tujuh bulan berjalan di tahun ini, pertumbuhan kredit belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Alih-alih terakselerasi, laju pertumbuhan kredit perbankan justru semakin menjauh dari target kisaran regulator, Bank Indonesia (BI) yang ada di antara 8% hingga 11%.

Adapun, BI mencatat pertumbuhan kredit per Juli 2025 hanya mencapai 7,03% secara tahunan (YoY). Pertumbuhan tersebut semakin melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 7,77% YoY dan jika ditarik ke belakang, pertumbuhan kredit ini juga tetap menjadi yang terendah sejak Maret 2022 yang tumbuh 6,65% YoY.

Menyisakan lima bulan di tahun ini, tampaknya harapan untuk pertumbuhan kredit mencapai dobel digit seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Sebagai ingatan, sejak 2022 hingga 2024, pertumbuhan kredit bisa di atas 10% YoY.

Gubernur BI Perry Warjiyo bilang kredit perbankan ini memang masih perlu ditingkatkan. Pasalnya, ia melihat perilaku perbankan masih cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Hal tersebut tercemin pada standar penyaluran kredit atau lending standar yang meningkat. 

Baca Juga: Fluktuasi Nilai Tukar, Bisnis Remitansi Perbankan Tetap Bertaji

Padahal, Perry menilai perbankan memiliki likuiditas yang longgar. Hal tersebut juga ditopang oleh pertumbuhan Dan Pihak Ketiga (DPK) pada Juli 2025 yang meningkat sebesar 7% seiring ekspansi keuangan pemerintah.

“Perbankan lebih memilih menempatkan kelebihan likuiditasnya pada instrumen surat-surat berharga,” ujar Perry.

Perlambatan kredit perbankan juga dialami beberapa bank besar. Ambil contoh PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang hanya mencatatkan pertumbuhan kredit secara bank only sekitar 10,95% YoY. Padahal, pada bulan sebelumnya, kredit BCA secara bank only tumbuh 12,7% YoY.

Tak hanya itu, portofolio kredit BCA malah mencatatkan penurunan secara bulanan. Per Juni 2025, kredit BCA bank only senilai Rp 929,5 triliun dan di Juli 2025 terkoreksi menjadi Rp 923,5 triliun. 

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn bilang BCA akan terus mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor secara pruden, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin. 

“Ditopang likuiditas yang memadai, BCA optimistis untuk senantiasa mendukung pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran kredit ke berbagai sektor, dan melangkah secara pruden di 2025,” ujarnya.

Pertumbuhan kredit yang belum pulih juga turut dialami oleh PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII). Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan mengungkapkan kredit Maybank hingga Juli 2025 hanya tumbuh 0,4% YoY. 

Baca Juga: BI Sudah Borong SBN Rp 186 Triliun hingga 9 Agustus 2025

“Tapi di sektor yang menjadi fokus kami tumbuh cukup baik antara 10% hingga 39%,” ujar Steffano.

Dalam hal ini, sektor-sektor yang dimaksud oleh Steffano adalah UKM, korporasi menengah, dan otomotif. Meskipun, cukup baik tapi Steff tetap melihat memang masih di bawah pertumbuhan tahun lalu. 

Ia menjelaskan alasannya adalah masih adanya ketidakpastian kondisi geopolitik, tarif Presiden Trump dan perang dagang antara China dan USA. Alhasil, ini menyebabkan banyak pengusaha masih wait and see dulu sebelum melakukan ekspansi dan investasi besar.

“Kami masih berharap di sisa bulan tahun 2025 ini semua nya bisa lebih baik dari semester pertama. Tapi ada kemungkinan pertumbuhan kredit bank akan di bawah tahun lalu,” ujar Steffano.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan pertumbuhan kredit memang sedang melemah teratur.

Bahkan, ia melihat pertumbuhan kredit bisa berpotensi kembali melambat 6,8% hingga 7,2% dalam satu dan dua bulan ke depan jika transmisi suku bunga kredit tetap kaku, korporasi masih mengandalkan dana internal, dan bank melanjutkan preferensi alokatif ke surat berharga.

Ia bilang transmisi cenderung lambat karena beberapa alasan. Pertama, biaya dana turun lambat karena kompetisi DPK dan preferensi deposan pada tenor lebih panjang. Kedua, alternatif penempatan likuiditas yang risk-free seperti SBN sempat lebih menarik secara risk-adjusted return, sehingga kelebihan likuiditas belum sepenuhnya dialihkan ke kredit. 

“Bank menjaga kualitas dan NIM di tengah kompetisi DPK, sehingga pricing kredit belum turun secepat kebijakan,” pungkasnya.

Selanjutnya: Pertumbuhan Ekonomi RI Lampaui Ekspektasi, Apindo: Pengusaha Tak Terlena

Menarik Dibaca: BMKG Catat Gempa Terkini Magnitudo 4,9 di Bekasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×