Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan syariah semakin berkembang. Dari sisi kinerja juga tak kalah dengan bank konvensional. Namun, dari sisi jumlah emiten bekum terlalu banyak.
Nah, ternaru BPD Jabar Banten Syariah (BJB Syariah), berencana melakukan initial public offering (IPO) pada semester II mendatang. Sebelumnya baru ada trio emiten sektor ini, yakni Bank Syariah Indonesia (BRIS), Bank BTPN Syariah (BTPS), dan Bank Aladin Syariah (BANK).
BJB Syariah akan IPO untuk mencari dana segar untuk mendanai rencana transformasi jadi bank digital. Direktur Utama Bank BJB, Yuddy Renaldi mengatakan, sudah ada satu investor strategis besar yang memiliki ekosistem syariah berkomitmen untuk membantu memperkuat pasar BJB Syariah. "Lembaga tersebut merupakan institusi lokal," kata Yuddy dalam paparan publik secara virtual, Selasa (22/3).
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus memandang, prospek pasar bank syariah di Tanah Air masih terbuka lebar karena memiliki populasi muslim yang besar.
Namun, Indonesia selama ini kalah dari negara tetangga dalam pengembangan bank syariah karena belum ada perusahaan yang menyediakan infrastruktur keuangan syariah yang bagus.
Langkah Kementerian BUMN menggabungkan bank syariah BUMN jadi Bank Syariah Indonesia menjadi mendorong prospek perbankan syariah ke depan. "Apabila BRIS bisa memberikan produk yang baik maka akan jadi keuntungan di masa depan," jelas Nico, Rabu (23/3).
Secara fundamental, kinerja BTPS dan BRIS cukup baik. Sedangkan Bank Aladin yang sedang bertransformasi jadi bank digital masih merugi. ]
Kendati fundamental BRIS dan BTPS lebih kuat, kinerja saham mereka justru sebaliknya.
Berdasarkan data RTI, saham BRIS ditutup terkoreksi 0,62% pada perdagangan Jumat (25/3) ke level Rp 1.610 per saham. Secara year to date (ytd) BRIS turun 9,55%.
Adapun harga saham BTPS ditutup turun 2,78% menjadi Rp 3.500 per saham. Secara ytd terpangkas 4,11%. BANK ditutup stagnan di Rp 2.110 per saham, melorot 0,47%. Dan secara ytd telah melorot 10,59%. Dari tiga saham ini secara ytd, saham BTPS relatif turun paling tipis.
Nico memandang, BRIS dan BTPS volatilitas rendah, sehingga pelaku pasar tak tertarik trading di dua saham ini. Investor lebih ke investasi jangka panjang. Sementara BANK bisnisnya belum matang meski model bisnisnya menarik.
Senior CSA Research Institute, Reza Priambada menambahkan, prospek saham bank syariah tergantung animo pasar. Saat ini tidak ada sentimen baru yang bisa mendorong pelaku pasar aktif di saham bank syariah.
Untuk mendorongnya perlu ada usaha dari manajemen bank syariah agar sahamnya digemari pelaku pasar. Selain itu, perlu aksi korporasi yang berkaitan dengan peningkatan likuiditas di pasar.
Dengan invetasi jangka panjang, artinya saat harga saham sedang turun, bisa menjadi pertimbangan membeli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News