Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sejumlah bank di Tanah Air bersiap meningkatkan ketersediaan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan transaksi masyarakat pada periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025. Uang tunai yang disediakan ini akan lebih tinggi dibandingkan realisasi Nataru tahun lalu.
Adapun sejumlah bank yang mengkonfirmasi akan meningkatkan ketersediaan uang tunai di Nataru kali ini adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank CIMB Niaga Tbk, dan PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB).
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn menyatakan, perseroan telah mengantisipasi kebutuhan nasabah terkait uang tunai selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.
"BCA menaikkan penyediaan uang tunai dibandingkan realisasi uang tunai yang kami siapkan untuk periode Nataru sebelumnya," ungkap Hera kepada Kontan, Rabu (27/11).
Baca Juga: Sambut Lebaran 2024, BRI Siapkan Uang Tunai Sebesar Rp 34 Triliun
Tanpa merinci berapa penambahan yang akan dilakukan tahun 2024, pada periode Nataru tahun lalu, BCA telah menyediakan uang tunai sebesar Rp 41,1 triliun.
Hera hanya memastikan selain penyedian uang tunai, manajemen juga juga akan berfokus memastikan layanan platform digital untuk mendukung transaksi yang aman dan andal sebagai solusi yang relevan bagi kebutuhan nasabah.
Di sisi lain, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan menyebut dengan prefensi masyarakat yang lebih besar dalam menggunakan platform digital dalam bertransaksi telah mengurangi kebutuhan akan uang tunai. Meski begitu Ia menyebut CIMB Niaga tetap siap dalam menyediakan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan nasabah.
"Kami selalu siap. Ini event rutin tahunan. Namun kami juga melihat kebutuhan tunai semakin berkurang dengan semakin meningkatnya transaksi digital," ungkapnya.
Senada, Direktur Utama PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) Yuddy Renaldi juga menilai pergeseran preferensi masyarakat dalam bertransaksi non tunai terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama saat pandemi dan berlanjut hingga saat ini. Sehingga ini berkaitan dengan penggunaan uang tunai yang sudah mulai berkurang terutama di kota besar.
Ia mencontohkan, di BJB sendiri nilai transaksi melalui kanal digital meningkat 112,7% dari tahun ke tahun, sedangkan frekuensi transaksi meningkat hampir empat kali lipat. Belum lagi menurutnya tiap daerah memiliki karakter yang berbeda khususnya ekosistem non tunai yang sudah terbangun, juga behavior dari masyarakatnya itu sendiri.
"Meski demikian secara nilai kami mempersiapkan kenaikan 5%-10% tergantung wilayah kerja nya untuk penyediaan uang tunai menghadapi Nataru di tahun ini. Hal ini karena nilai uang yg berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya sehingga masyarakat cenderung melakukan nilai konsumsi yang lebih besar," ungkapnya.
Baca Juga: Kebutuhan Uang Tunai di Bali Selama Natal dan Tahun Baru Diproyeksi Rp 2,7 Triliun
Sementara itu, para pengamat dan ekonom memiliki pandangan berbeda terkait dengan momen Nataru. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, momen Nataru akan mendorong permintaan masyarakat terhadap sektor ritel, makanan minuman, dan transportasi yang akan lebih menggeliat.
"Secara umum ini berpotensi sedikit mengangkat pertumbuhan ekonomi ke 5% di Triwulan IV, sedikit naik dibanding triwulan III yang 4,95%," ungkap Eko kepada Kontan, Rabu (27/11).
Di sisi lain, Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal, Budi Frensidy melihat langkah perbankan dalam meningkatkan ketersediaan uang tunai di momen Nataru tidak dapat diartikan mutlak sebagai peningkatan daya beli.
"Itu kan biasa. Menjelang hari raya dan liburan, masyarakat butuh uang lebih banyak untuk transaksi. Ekonomi tentunya lebih berputar tetapi tidak berefek terhadap daya beli," ungkapnya.
Tak jauh beda, Ekonom dari Bright Institute Awalil Rizky menyatakan, penurunan daya beli tampak makin dirasakan pada tahun 2024. Sehingga ketersediaan uang tunai di perbankan hanya sebatas langkah antisipasi dari pihak bank untuk menambah ketersediaan jumlah uang tunai karena adanya tambahan penarikan baik di ATM maupun di kantor cabang.
"Saya memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan IV hanya setara dengan triwulan III. Hanya akan sekitar 4,95%. Begitu pula dengan komponen konsumsi rumah tangganya yang akan setara saja, yaitu 4,95% atau bahkan sedikit lebih rendah, karena konsumsi secara umum yang masih tertahan," ungkapnya kepada Kontan.
Sebagai gambaran, data Bank Indonesia (BI) mencatat realisasi penarikan uang tunai selama periode Natal 2023 dan libur Tahun Baru (Nataru) 2024 mencapai Rp 130 triliun. Jumlah tersebut naik 10,7% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan dengan realisasi pada periode Nataru tahun sebelumnya.
Di sisi lain, transaksi mobile banking meningkat 69% yoy di Desember 2023 dengan volume mencapai 1,4 miliar transaksi, dengan nilai transaksi turut naik 65,25% yoy mencapai Rp 1.640,29 triliun.
Sementara itu, pada periode Januari 2024, secara total nilai transaksi digital banking tercatat sebesar Rp5.335,33 triliun atau tumbuh 17,19% (yoy).
Selanjutnya: Himpunan Ahli Elektro Gelar Munasus dan Seminar Jadi Asosiasi Profesi Terakreditasi
Menarik Dibaca: Dukung Kemajuan Sektor Maritim, BKI Optimalisasi Platform MCP
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News