kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bankir akui NIM dan ROA kian tertekan di awal tahun


Kamis, 13 Juni 2019 / 19:14 WIB
Bankir akui NIM dan ROA kian tertekan di awal tahun


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit perbankan mulai melesu di awal kuartal II 2019. Catatan Bank Indonesia (BI) per April 2019 kredit tumbuh sebesar 11% turun 0,5% dari periode bulan sebelumnya. Selain kredit yang melambat, rasio margin bunga bersih perbankan alias net interest margin (NIM) pun kian susut.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per Maret 2019 mencatat NIM perbankan secara industri berada pada level 4,86%. Posisi tersebut susut dari periode Desember 2018 lalu sebesar 5,14% atau bulan Maret 2018 yang sebesar 5,07%. Kendati demikian, rasio profitabilitas bank masih relatif tinggi. Salah satunya dari segi return on asset (ROA).

Per Maret 2019 tercatat ROA perbankan mencapai 2,6% atau lebih tinggi dari periode Maret-Desember 2018 yang stabil 2,55%. Salah satunya tentu ditopang dari ROA bank umum kelompok usaha (BUKU) IV dengan modal inti lebih dari Rp 30 triliun yang cukup tinggi yakni mencapai 3,11% per Maret 2019.

Sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id mengamani kalau NIM secara industri memang sedang dalam kondisi tertekan. Penyebab utamanya antara lain diakibatkan adanya kenaikan bunga acuan BI yang cukup besar di sepanjang pertengahan hingga akhir tahun 2018 lalu.

Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Anggoro Eko Cahyo menegaskan dalam dua bulan terakhir ini NIM perseroan kian tertekan. "Hal ini mempengaruhi pada ROA yang sedikit tertekan juga," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (13/6).

Meski begitu, Anggoro meyakini hal tersebut bersifat wajar dan masih ada ruang untuk kembali naik. Pihaknya pun berencana untuk meningkatkan NIM di tahun ini hingga di atas 5%.

Salah satunya melalui upaya re-pricing baik dari sisi simpanan maupun pinjaman secara hati-hati agar rasio NPL (non performing loan) tetap terjaga. Di samping itu, BNI juga kerap melakukan perbaikan posisi CASA yang bakal dipertahankan sebesar 60% dari total dana pihak ketiga (DPK) di tahun ini.

"Artinya, upaya menekan biaya dana kami lakukan seiring upaya memperbaiki harga kredit," terangnya. BNI pun sejak kuartal I 2019 lalu memang tengah menyesuaikan peningkatan suku bunga kredit dengan rata-rata kenaikan sebesar 50-55 basis poin (bps). Kenaikan tersebut dilakukan secara bertahap dan selektif agar kemampuan membayar debitur tetap baik.

Asal tahu saja, per Maret 2019 posisi NIM BNI berada di level 4,99% atau turun dari periode Maret 2018 yang menyentuh 5,41%. Akibatnya, ROA perseroan pun turun dari 2,73% di bulan Maret 2018 menjadi 2,68% pada akhir Maret 2019 lalu.

Senada dengan Anggoro, Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja bilang kalau NIM perseroan saat ini ada di level 3,9%. Posisi tersebut relatif turun dari periode kuartal I 2018 lalu yang sebesar 4,24%. Parwati pun memproyeksikan NIM tersebut masih bakal tertekan di tahun ini.

Sedangkan untuk ROA, saat ini masih terjaga di level 2,3%. Posisi ini sedikit meningkat dibandingkan periode tahun sebelumnya lantaran kemampuan OCBC NISP untuk mencetak laba dan memperkaya aset lebih baik dibandingkan periode tahun 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×