kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bankir memprediksi NIM masih bakal layu di tahun depan


Selasa, 17 Desember 2019 / 19:19 WIB
Bankir memprediksi NIM masih bakal layu di tahun depan
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah Bank BCA di Tangerang Selatan, Jumat (8/11). Rasio net interest margin (NIM) industri perbankan yang berada di level 4,9% per September 2019./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/08/11/2019.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, kemampuan bank mencetak margin bunga lebih loyo. Hal ini tercermin dari rasio net interest margin (NIM) industri perbankan yang berada di level 4,9% per September 2019. Posisi tersebut nyaris tak bergerak sejak bulan Mei 2019 silam.

Pun, beberapa bank juga mencatatkan penurunan NIM di tahun ini. Semisal bank umum kelompok usaha (BUKU) IV yang mencatatkan NIM di kuartal III 2019 sebesar 5,48%. Menurun dari periode tahun lalu yang sempat menyentuh 5,8%.

Baca Juga: Punya direktur keuangan, LinkAja siap cari investor swasta

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, penurunan NIM lebih disebabkan dari sisi likuiditas dan kemampuan tiap bank menyalurkan kredit. Apalagi, Bank Indonesia (BI) juga sudah menurunkan tingkat bunga acuan BI 7 days reverse repo rate (7DRRR) sebanyak 100 bps tahun ini menjadi 5%.

Jahja juga mengatakan, ruang penurunan NIM masih bisa berlanjut sampai tahun depan. Namun, di sisi lain bisa saja NIM malah mengalami peningkatan jika kondisi likuiditas dan permintaan kredit memadai. "Bunga tidak bisa diramal tetap stabil atau turun terus, jadi NIM tergantung dari tingkat bunga," terangnya kepada Kontan.co.id, Selasa (17/12).

Lagipula, perbankan juga menurut Jahja belum sepenuhnya mentransmisikan penurunan bunga deposito ke tingkat bunga kredit. Artinya NIM bisa saja justru tumbuh.

Namun, penurunan bunga dipastikan akan terjadi. Hanya saja, tenggat waktunya sangat beragam. "Deposito lama belum bisa turun bunganya sampai jatuh tempo, bisa satu sampai 12 bulan tergantung tenor," katanya.

Baca Juga: Kredit ekspor-impor BCA ikuti kinerja negara

Catatan saja, BCA sampai akhir September 2019 lalu masih mampu mencatat NIM di level tinggi 6,2% mengalahkan BUKU IV lainnya. Pun, kondisi tersebut naik 10 basis poin dari tahun sebelumnya atau year on year (yoy). BCA sendiri diakui Jahja tidak mematok target untuk posisi NIM di tahun depan.

Di samping itu, bank menengah atau BUKU III terpantau menjadi kelompok bank dengan penyusutan NIM paling tajam. Data OJK menunjukkan NIM BUKU III turun 25 bps secara tahunan menjadi 3,97% di kuartal III 2019.

Salah satu bank BUKU III yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) mengatakan ruang penurunan NIM bakal berlanjut. Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha mengatakan suku bunga kredit diramal akan mulai turun di tahun 2020. "Ini akan diawali dengan penurunan suku bunga KUR (kredit usaha rakyat) dari 7% menjadi 6%," ujar Ferdian.

Bank bersandi saham BJTM ini juga mengakui di tahun 2019 NIM memang mengalami penurunan. Kendati demikian, posisinya masih terjaga di level 6,13% atau di atas target 6% perusahaan. Tahun depan, perseroan memastikan NIM akan meningkat.

Beberapa strategi yang akan digarap yakni melalui strategi promo suku bunga di beberapa skim kredit untuk mendorong penyaluran pembiayaan. Di tahun 2020, Bank Jatim juga melakukan pengembangan digital banking yaitu e-form kredit. "Ini bisa memudahkan dan mempercepat proses kredit, dan diproyeksi kredit bisa tumbuh dua digit dan mampu meningkatkan NIM," pungkasnya.

Baca Juga: Dua bank ini siap melantai di bursa pada tahun depan

Senada, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) memandang kendati suku bunga acuan sudah turun banyak, hal ini tidak akan berdampak signifikan secara singkat terhadap penurunan bunga kredit. "Hal ini mengindikasikan bahwa tiap bank punya struktur pendanaan yang berbeda-beda," ujar Muhammad Asadi Budiman, Sekretaris Perusahaan Bank BJB.

Perseroan menilai, walau NIM masih akan berangsur turun, pihaknya tak khawatir lantaran bank masih bisa mencari pendapatan di luar bunga kredit. Salah satunya yaitu fee based income (FBI). Budiman menambahkan, Bank BJB juga terus melakukan inovasi layanan untuk meningkatkan volume transaksi nasabah agar berdampak pada kenaikan FBI.

Adapun, per September 2019 NIM Bank BJB ada di level 5,7%. Menurun dari tahun sebelumnya sebesar 6,5%. "Kami berusaha jaga di level stabil saat ini," sambung Budiman.

Baca Juga: Punya direktur keuangan, LinkAja siap cari investor swasta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×