kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,26   -0,17   -0.02%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bankir prediksi tren penempatan dana perbankan di surat berharga bakal berlanjut


Minggu, 28 Januari 2018 / 17:37 WIB
Bankir prediksi tren penempatan dana perbankan di surat berharga bakal berlanjut
ILUSTRASI. Bank Mayapada


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank menyatakan tren penempatan dana di surat berharga oleh perbankan masih bakal meningkat di tahun ini.

Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Haryono Tjahjarijadi menuturkan, tren ini utamanya didorong oleh berlebihnya likuiditas di perbankan. Hal ini tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) perbankan yang masih cukup rendah yakni berada di bawah level 90%.

Hal serupa menurutnya juga terjadi di Bank Mayapada. Hanya bedanya LDR Bank Mayapada masih sedikit lebih tinggi dibanding industri lantaran adanya aksi korporasi rights issue yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir.

"Kami lakukan paling tidak dalam tiga tahun terakhir senilai Rp 3 triliun rights issue. Itu tidak dicatat sebagai dana pihak ketiga atau surat berharga," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (28/1).

Menurut Haryono, saat ini rasio LDR maupun loan to funding ratio (LFR) Bank Mayapada masih terjaga di kisaran 85% sampai 88%. Sampai akhir tahun 2018, bank ini setidaknya bakal menjaga di level yang sama alias tak lebih dari 90%.

Alasannya, dalam kuartal III 2018 ini bank bersandi MAYA juga bakal melakukan tambahan modal dari para pemegang saham melalui mekanisme rights issue sebesar Rp 2 triliun lagi.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk Edy Kuntardjo menyebut tren penempatan dana dalam surat berhaga khususnya obligasi korporasi memang wajar bila meningkat. Pasalnya, saat ini kondisi perekonomian masih belum pulih. Belum lagi, ada kekhawatiran bahwa non performing loan (NPL) bakal meningkat.

"Apalagi didorong dengan ketentuan FFR (financing to funding ratio) oleh Bank Indonesia," ungkapnya.

Adapun, Bank Ina Perdana juga sudah memiliki porsi yang tinggi di obligasi korporasi sekitar Rp 500 miliar. Bank ini juga didukung permodalan yang sangat kuat tercermin dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) di posisi 68%.

Sementara untuk PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) tren surat berharga di perseroan itu meningkat karena pihaknya menarget kenaikan pendapatan bunga tresuri. Hal ini dilakukan dalam rangka optimalisasi likuditas dengan tetap memitigasi risiko pasar.

"Ketentuan OJK minimal LDR 80%, kalau posisi Bank Jatim akan menjaga di angka itu, lebih ditingkatkan dari sebelumnya di pasar uang ke obligasi," ujar Ferdian Satyagraha, Direktur Keuangan Bank Jatim.

Sekadar informasi, Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan surat berharga tembus ke level 18% dari periode sebelumnya dengan total mencapai Rp 1.049,25 triliun.

Dari jumlah tersebut, penempatan dana bank yang ditumpuk dalam bentuk obligasi masih menjadi mayoritas mencapai Rp 671,6 triliun. Jumlah ini juga tercatat naik sebesar 19,18% secara tahunan atau year on year (yoy).

OJK menyebut berdasarkan kegiatan usahanya bank BUKU IV tercatat paling banyak menaruh dana di surat berharga yakni sebesar Rp 562,94 triliun atau naik 29,66% secara yoy per November 2017. Disusul oleh BUKU III sebesar Rp 344,04 triliun meningkat tipis 2,84% dari Rp 334,51 triliun di periode sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×