Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring adanya relaksasi hedging, transaksi fx swap mengalami kenaikan. Relaksasi yang tertuang dalam peraturan anggota dewan gubernur BI No.20/18/PADG/2018 ini mengatur relaksasi biaya dan nominal minimal hedging.
Listiarini Dewajanti SEVP Treasury & Global Services Bank BRI mengatakan, saat ini mayoritas debitur yang melakukan hedging terutama fx swap berasal dari sektor korporasi dan menengah.
“Dengan relaksasi ini selain volume hedging yang naik diharapkan devisa hasil ekspor juga bisa meningkat,” kata Listiarini ketika ditemui, Senin (24/9).
Direktur Bisnis Treasuri dan Internasional BNI Rico Rizal Budidarmo bilang beberapa debitur dari korporasi besar baik BUMN maupun swasta rata-rata sudah sadar pentingnya hedging untuk memitigasi risiko.
Beberapa debitur BNI yang sudah banyak melakukan hedging di antaranya berasal dari sektor korporasi misalnya multifinance, agribisnis, perusahaan minyak dan dari sektor kelistrikan.
“Kami dorong debitur tidak hanya fokus ke hedging jangka pendek, tapi kami arahkan ke jangka panjang antara 6 bulan sampai 12 bulan,” kata Rico ketika ditemui, Senin (24/9).
Selain fx option, produk hedging lain yang mengalami kenaikan seiring relaksasi hedging adalah terkait produk callspread option yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI). Rata rata dalam waktu tiga bulan peningkatan nasabah yang melakukan hedging mengalami kenaikan 30%-40%.
Dengan hedging, diharapkan pengusaha juga akan tenang jika ada fluktuasi dollar terjadi ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News