Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
Untuk mendorong pertumbuhan bisnis remitansi, BRI akan berupaya memperluas jaringan kerja sama baik dalam maupun luar negeri dengan mengedepankan inovasi produk khususnya remitansi sesuai dengan market.
"Selain itu, BRI akan lebih pro aktif dalam menyediakan informasi terkait layanan remitansi baik melalui media online maupun sosialisasi tatap muka dengan para PMI," kata Amam.
Baca Juga: Peralihan program pensiun PNS ke BPJAMSOSTEK masih menunggu aturan turunan
Sepanjang tahun 2019, BRI mencatatkan transaksi remitansi sebanyak 7,8 juta atau tumbuh 112% YoY. Transaksi itu didominasi oleh remitansi pekerja migran Indonesia atau sekitar 97% dengan nilai transaksi lebih dari Rp 30 triliun.
Dari bisnis remitansi ini, BRI mengantongi pendapatan fee sebesar Rp 146 miliar tahun 2019 atau meningkat 121% YoY. FBI dari pekerja migran Indonesia menyumbang porsi 64%.
Sedangkan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan volume transaksi remitansi tumbuh 10,8% tahun 2018. Namun, FBI dari bisnis tersebut hanya tumbuh 7%.
"Pendapatan fee tumbuh lebih rendah karena semakin ketatnya persaingan usaha di bisnis remitansi terutama dengan adanya perusahaan fintech yang melakukan transaksi secara digital melalui aplikasi mobile remittance," jelas Direktur Tresuri dan Internasional BNI, Bob Tyasika Ananta.
Baca Juga: Jokowi ingin peringkat kemudahan berusaha naik lagi, ini yang menjadi perhatian
Selain mendorong pendapatan fee, BNI juga fokus menghimpun dana pihak ketiga (DPK) pekerja migran Indonesia tahun lalu. DPK yang dibukukan perseroan dari pekerja migran ini tumbuh 47% YoY.
Tahun ini, BNI menargetkan transaksi remintansi bisa tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu yakni sekitar 12% dengan target fee based income bisa meningkat sekitar 10% YoY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News