kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bankir yakin potensi pertumbuhan bisnis remitansi masih menjanjikan


Rabu, 12 Februari 2020 / 18:27 WIB
Bankir yakin potensi pertumbuhan bisnis remitansi masih menjanjikan
ILUSTRASI. Petugas Kantor BNI Cabang Seoul, Korea Selatan, melayani nasabah pada hari ke 3 setelah lebaran, Jumat (7/6/2019). TRIBUNNEWS/HO


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan pelat merah melihat potensi bisnis remitansi tahun ini masih menjanjikan. Oleh karena itu, transaksi pengiriman uang dari dan ke luar negeri diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan.

PT Bank Mandiri Tbk misalnya melihat prospek bisnis remintasi ritel masih menjanjikan baik remintansi incoming maupun outgoing. Potensi remintasi incoming diperkirakan masih bersumber dari sebaran warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri.

Baca Juga: BTN gencar membidik kalangan milenial, ini sebabnya

"Sementara itu potensi outgoing besar karena saat ini sebagian besar nasabah masih mengandalkan bank sebagai channel utama pengiriman uang ke luar negeri," kata Senior Vice President Retail Deposit Product & Solution Bank Mandiri Muhamad Gumilang pada Kontan.co.id, Rabu (12/2).

Atas potensi tersebut, Bank Mandiri memperkirakan pendapatan fee dari transaksi remitansi retail bisa tumbuh sekitar 5-10% tahun ini dan akan menjadi masuk dalam 10 besar kontributor fee based income perseroan secara keseluruhan.

Per Desember 2019, frekuensi transaksi remitansi segmen retail (incoming dan outgoing) telah mencapai 900 ribu transaksi atau tumbuh 3% secara year on year (YoY0. Sedangkan volume remitansi segmen retail mencapai US$ 20,000 juta, tumbuh 4% YoY

Dari bisnis remitansi itu, Bank Mandiri berhasil membukukan fee based income (FBI) sebesar Rp 139 miliar tahun 2019 atau meningkat sekitar 7% dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga: Toyota Astra Financial sudah punya dana bayar obligasi yang jatuh tempo bulan ini

Untuk mendorong pertumbuhan transaksi remitansi segmen retail tahun ini, Bank Mandiri berencana mengimplementasikan program gratis biaya transaksi TT SWIFT di cabang Bank Mandiri untuk transaksi outgoing retail.

Lalu untuk mendorong transaksi incoming retail, tengah dilakukan pengembangan channel transaksi alternatif untuk melayani pengiriman uang dari luar negeri, serta pengembangan model bisnis keagenan dan partnerships untuk menjangkau lebih banyak nasabah.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga akan terus berupaya memperbesar market share bisnis remitansi. Dengan jaringan counterpart di luar negeri dan jaringan unit kerja yang tersebar luas, bank ini yakin bisa mencatatkan pertumbuhan fee based income dari remitansi mencapai 8,5 juta kali transaksi di akhir tahun ini atau mencapai Rp 156 miliar.

Amam Sukriyanto, Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, saat ini sudah ada lebih dari 10.000 outlet yang terdapat di 71 counterpart BRI yang tersebar di berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS), Singapura, Brunei, Timor Leste, serta negara-negara yang merupakan kantong TKI yakni Malaysia, Taiwan, Korea, Jepang, Hongkong, Taiwan, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.

Baca Juga: Astra Sedaya Finance sudah punya dana pembayaran obligasi yang jatuh tempo Februari

Untuk mendorong pertumbuhan bisnis remitansi, BRI akan berupaya memperluas jaringan kerja sama baik dalam maupun luar negeri dengan mengedepankan inovasi produk khususnya remitansi sesuai dengan market.

"Selain itu, BRI akan lebih pro aktif dalam menyediakan informasi terkait layanan remitansi baik melalui media online maupun sosialisasi tatap muka dengan para PMI," kata Amam.

Baca Juga: Peralihan program pensiun PNS ke BPJAMSOSTEK masih menunggu aturan turunan

Sepanjang tahun 2019, BRI mencatatkan transaksi remitansi sebanyak 7,8 juta atau tumbuh 112% YoY. Transaksi itu didominasi oleh remitansi pekerja migran Indonesia atau sekitar 97% dengan nilai transaksi lebih dari Rp 30 triliun.

Dari bisnis remitansi ini, BRI mengantongi pendapatan fee sebesar Rp 146 miliar tahun 2019 atau meningkat 121% YoY. FBI dari pekerja migran Indonesia menyumbang porsi 64%.

Sedangkan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan volume transaksi remitansi tumbuh 10,8% tahun 2018. Namun, FBI dari bisnis tersebut hanya tumbuh 7%.

"Pendapatan fee tumbuh lebih rendah karena semakin ketatnya persaingan usaha di bisnis remitansi terutama dengan adanya perusahaan fintech yang melakukan transaksi secara digital melalui aplikasi mobile remittance," jelas Direktur Tresuri dan Internasional BNI, Bob Tyasika Ananta.

Baca Juga: Jokowi ingin peringkat kemudahan berusaha naik lagi, ini yang menjadi perhatian

Selain mendorong pendapatan fee, BNI juga fokus menghimpun dana pihak ketiga (DPK) pekerja migran Indonesia tahun lalu. DPK yang dibukukan perseroan dari pekerja migran ini tumbuh 47% YoY.

Tahun ini, BNI menargetkan transaksi remintansi bisa tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu yakni sekitar 12% dengan target fee based income bisa meningkat sekitar 10% YoY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×