Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi perekonomian global yang tidak menentu di tengah penyebaran wabah virus corona (Covid-19) semakin membuat industri lebih waspada. Pun, di sektor perbankan tantangan menjaga kualitas kredit menjadi bertambah apalagi setelah harga minyak awal pekan ini anjlok.
Lebih lanjut paparan kredit perbankan ke sejumlah sektor pun kini menjadi sorotan. Antara lain sektor pertambangan, pertanian, perdagangan, hotel (PHR) dan restoran serta perindustrian (manufaktur). Misalnya saja, merujuk laporan keuangan empat bank terbesar di Tanah Air yakni PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat (BRI), PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) salah satu paparan kredit terbesar berada pada sektor perindustrian dan PHR.
Bank BNI misalnya, sebanyak 19,84% dari total kredit Rp 539,86 triliun tahun lalu mengalir ke sektor perindustrian. Begitu pula dengan BCA yang 20,63% kreditnya berada pada sektor industri. Sementara Bank BRI lebih dari 35% dari total kredit Rp 839,06 triliun tahun lalu masuk ke sektor PHR. Praktis, beberapa sektor ini membuat bank harus lebih aktif menggawangi kualitas kredit.
Baca Juga: Eksposur kredit bank ke sektor pariwisata tidak terlalu besar
Namun kabar baiknya, keempat bank besar tersebut memang relatif punya paparan kecil di sektor pertambangan. Dari keempat bank besar, hanya Bank Mandiri yang punya kredit pertambangan tertinggi yakni mencapai Rp 48,82 triliun atau 5,7% dari total kredit perseroan. Sementara untuk BRI, BNI dan BCA hanya menyalurkan kurang dari 2,5% kreditnya ke sektor tambang.
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan sejauh ini dampak dari perlambatan ekonomi masih samar-samar. Meski begitu, Royke tak menampik kalau permintaan kredit sedang turun di kuartal I 2020, di seluruh sektor. "Pasti akan ada penurunan, baru bisa dilihat periode Juni atau Juli perlambatannya," katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (11/3).
Bank bersandi saham BMRI pun tetap optimis pertumbuhan kredit masih bisa mencapai target yakni di kisaran 8%-10%. Begitu pula dengan laju non performing loan (NPL), menurut kacamata Royke sejauh ini belum ada peningkatan yang abnormal.
Baca Juga: Transaksi PUAB belum ramai di awal tahun ini, begini kata bankir
Di sisi lain, kendati harga minyak tengah anjlok pihaknya meyakini dalam kurun waktu tiga sampai enam bulan ke depan kondisinya akan mulai normal. Namun, untuk di beberapa sektor Royke mengaku khawatir apabila ada yang utang yang jatuh tempo. "Kita khawatir kalau dia (debitur) utangnya mau jatuh tempo. Tapi, debitur kami rata-rata utangnya jangka panjang," katanya.
Senada, Direktur Bank BCA Santoso Liem mengatakan walau 25% dari total kredit perseroan masuk ke sektor PHR, kualitas kreditnya masih baik. Lagipula, porsi kredit hotel dan pariwisata di BCA juga relatif kecil. "Dari hasil pantauan BCA, sejauh ini belum ada debitur yang secara spesifik menyampaikan kesulitan pembayaran sebagai dampak dari virus corona," ujarnya, Selasa (10/3).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News