Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) batal merilis obligasi subordinasi (subdebt) tahun ini. Sebagai gantinya, perseroan lebih memilih untuk melakukan penerbitan saham baru (rights issue). Direktur Utama Bank Bukopin Eko Rachmansyah Gindo langkah rights issue alih-alih meluncurkan obligasi diambil perseroan lantaran menilai pasar yang belum kondusif.
“Ekuitas kami masih bagus, sedangkan pasar subdebt sebenarnya belum baik. Kalau kami rilis di tengah kondisi seperti ini yang pricing-nya masih tinggi profitabilitas perusahaan kurang optimal. Obligasi secara jangka panjang belum bagus sekarang. Makanya kami inisiatif rights issue,” katanya, Rabu (9/7) di Kantor Pusat Bank Bukopin, Jakarta.
Eko menambahkan dalam rencana rights issue tersebut perseroan berniat melepas sahamnya hingga 30% dengan target pengumpulan dana mencapai Rp 2 triliun.
Baca Juga: Jadi jawara di paruh pertama, BNI bidik kredit sindikasi Rp 27 triliun di semester II
Dana yang terhimpun dari rights issue tersebut direncanakan untuk digunakan untuk ekspansi kredit perseroan khususnya ke segmen ritel, dan suntikan dana ke entitas anaknya, yaitu PT Bank Syariah Bukopin, dan Bukopin Finance.
“Kami rencanakan untuk RUPS dulu awal kuartal 4 tahun ini. Paling cepat memang bisa dilaksanakan semester 2/2019, atau semester 1/2020. Karena keputusan RUPS kan juga berlaku setahun,” paparnya.
Sebelumnya bank berlogo beringin ini menargetkan untuk menghimpun pendanaan anorganik hingga Rp 3 triliun. Caranya dengan menerbitkan obligasi tadi, dan surat utang melalui skema Efek Beragun Aset (EBA). Kedua instrumen ini ditargetkan dapat menghimpun dana masing-masing Rp 1 triliun hingga Rp 1,5 triliun.
Baca Juga: NPL kedit konsumer di tiga bank ini menunjukkan perbaikan
Eko bilang, meski rencana merilis obligasi batal, Peluncuran EBA tetap berlanjut, bahkan target penghimpunan dananya ditingkatkan menjadi hingga Rp 2 triliun.
Ada dua skema yang akan ditempuh perseroan dalam merilis EBA, pertama dengan mengandalkan portofolio personal loan sebagai underlying, dan kedua bekerjasama dengan PT Sarana Multigriya Finance (SMF) dengan underlying kredit pemilikan rumah (KPR).
“EBA yang dari personal loan saat ini tinggal finalisasi untuk pricing offering, kami sudah ada pipeline Rp 1 triliun-Rp 1,5 triliun. Sudah dapat rating AAA juga, dan mungkin 1-2 bulan ke depan akan kita rilis. Sedangkan yang dari KPR kerjasama dengan SMF masih proses rating,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News