kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.514.000   11.000   0,73%
  • USD/IDR 15.511   28,00   0,18%
  • IDX 7.760   25,02   0,32%
  • KOMPAS100 1.205   3,50   0,29%
  • LQ45 961   2,42   0,25%
  • ISSI 234   1,13   0,48%
  • IDX30 494   1,12   0,23%
  • IDXHIDIV20 593   1,74   0,29%
  • IDX80 137   0,38   0,27%
  • IDXV30 142   -0,50   -0,35%
  • IDXQ30 164   0,08   0,05%

BNI mengaku tidak sanggup memberi kredit FLPP


Senin, 06 Februari 2012 / 13:59 WIB
BNI mengaku tidak sanggup memberi kredit FLPP
ILUSTRASI. Ellen May, Pengamat Pasar Modal dan pendiri Ellen May Institute. Foto: DOK PRIBADI


Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengaku tidak sanggup memberikan bunga kredit FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) sesuai keinginan pemerintah. Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat menetapkan bunga kredit FLPP di kisaran 5% - 6%.

"Perumahan (FLPP) itu masalah isu harga. Kalau diminta bunganya 5%, itu tidak masuk hitungan kami. Kami mau bunga di 7,2%," kata Direktur Utama BBNI, Gatot Suwondo saat ditemui di Jakarta, Senin (6/2).

Lebih lanjut, Gatot bilang, setiap usaha memiliki perhitungan sendiri, meskipun itu badan usaha milik negara (BUMN). Secara umum, perbankan menginginkan keuntungan dari setiap kredit yang diberikannya. "Masing-masing kan punya itungan sendiri. Dimana-mana usaha itu harus untung, masalah untung tebal tipis itu soal kedua. Tapi kalau sudah rugi, gimana?" ujarnya.

Dia menyebut, bahkan apabila pemerintah meminta bunga di level 6%, itu tetap tidak menguntungkan perseroan. "Kalau segitu pun nggak masuk, karena ini pembiayaan jangka panjang. Dan industri perbankan dalam negeri funding-nya short term (dananya jangka pendek)," urai Gatot.

Saat ini, menurut Gatot, tabungan BBNI sejumlah Rp 70 triliun, yang stable Rp 30 triliun - Rp 40 triliun. Menurutnya, pihak perusahaan mau membantu infrastruktur dan lainnya, tapi kalau semua ditujukan untuk rumah, terbilang berat. "Bunga 7,2% itu sudah best price, harga mentok, tipis untungnya," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×