Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Sebagian besar dari kita mungkin tak sadar, setiap kali berbelanja menggunakan kartu, baik kartu debit maupun kartu kredit, proses transaksi melayang hingga ke Amerika Serikat (AS). Maklum, mayoritas bank kita menggunakan Visa dan MasterCard yang keduanya berasal AS sebagai prinsipal.
Nah, menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 1 Januari 2015 mendatang, Bank Indonesia (BI) ngebut menggodok desain sistem pembayaran nasional atau populer disebut National Payment Gateway (NPG). Sementara dari sisi industri, Bank Central Asia (BCA) dan Bank BNI berkongsi membentuk sistem pembayaran yang bakal menjadi operator seluruh transaksi pembayaran kartu di Indonesia.
"Pekan lalu kami mempresentasikan sistem pembayaran kami ke BI. Kita harus punya single platform domestic payment, sehingga kalau asing masuk, mereka harus memakai sistem kita," ungkap Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, kepada KONTAN. Bagaimana tanggapan BI atas proposal kongsi BCA dan BNI? "BI belum mengambil keputusan," uja Ronald Waas, Deputi Gubernur BI.
Steve Martha, General Manager Asosiasi Kartu Kredit Indonesia, menilai, sistem pembayaran domestik mencegah biaya transaksi lari ke asing dalam bentuk dollar AS. "Bagi konsumen, biaya murah dan tak perlu memiliki banyak kartu," jelas dia. Dengan prinsipal lokal, jelas lebih efisien dan murah. Prinsipal asing memungut fee sekitar 0,05% per transaksi.
"Kalau menggunakan prinsipal domestik, biaya lebih murah karena proses di dalam negeri," ujar Rico Usthavia Frans, Sekjen Asosiasi Sistem Pembayaran Nasional (ASPI).
(Selengkapnya lihat Harian KONTAN hal 1, Jumat 14 Februari 2014)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News