Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Demi memperkuat konglomerasi keuangan, PT Bank Central Asia (BCA) Tbk terus memperkuat bisnis anak usahanya. Bank yang terafiliasi dengan Grup Djarum ini menyediakan dana hingga Rp 1,1 triliun untuk menyuntikkan dana segar ke anak-anak perusahaannya.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, suntikan dana Rp 1,1 triliun itu masuk dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) BCA tahun 2015 yang diserahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). "Kami menyediakan total fund sekitar Rp 1,1 triliun untuk anak-anak perusahaan yang membutuhkan. Itu untuk semua anak perusahaan, dibagi-bagi, bukan hanya untuk satu anak usaha BCA saja," kata Jahja, akhir pekan lalu.
Jahja bilang, suntikan dana segar kepada anak usaha ini sangat bergantung pada kebutuhan masing-masing anak usaha. Suntikan modal diberikan jika anak usaha bank dengan kode emiten BBCA ini menunjukkan perkembangan bisnis yang baik dan memerlukan tambahan modal.
BCA sendiri telah menyiapkan manajemen risiko bisnis konglomerasi keuangan. Jahja bilang, bentuk konglomerasi keuangan di Grup BCA adalah dengan mengelola risiko secara terpadu. BCA akan memiliki satu direksi yang secara khusus akan mengelola risiko secara terpadu pada konglomerasi keuangan.
Selain itu, BCA juga akan menyiapkan audit yang dipantau berdasarkan permintaan dari anak-anak perusahaan. "Selain audit, untuk reportingnya juga akan dilakukan secara terpadu. Bagian keuangan BCA mengumpulkan data-data anak perusahaan dan dikonsolidasikan lalu ada perinciannya," jelas Jahja.
Dari sisi risiko manajemen operasional, akan ada beberapa direktur yang membawahi anak-anak perusahaan yang masuk konglomerasi keuangan di BCA. Kata Jahja, BCA memilih untuk memiliki banyak direksi yang membawahi anak usaha, sebab masing-masing anak usaha butuh penanganan bisnis berbeda.
"Direktur yang memang memiliki keahlian bidang itu adalah yang membawahi. Jadi ada beberapa direktur yang membawahi anak perusahaan, tidak satu orang direksi karena tidak mungkin satu orang menguasai semua," ucap Jahja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News