kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Beban bunga tiga bank besar ini melonjak akibat perebutan likuiditas


Jumat, 26 Juli 2019 / 06:59 WIB
Beban bunga tiga bank besar ini melonjak akibat perebutan likuiditas


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan bersaing ketat memperebutkan likuiditas pada semester pertama 2019 lalu. Alhasil, laju beban bunga sejumlah bank melejit lebih tinggi daripada laju pendapatan bunga.

Misalnya saja, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatat peningkatan beban bunga 26,62% secara tahunan pada semester pertama lalu. BCA mencatat total beban bunga Rp 6,75 triliun secara konsolidasi.

Baca Juga: Usai suku BI bunga turun, penyaluran KPR diyakini bakal lebih kencang di semester II

Pertumbuhan beban bunga ini lebih tinggi daripada pertumbuhan pendapatan bunga BBCA yang sebesar 15,73%. Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim memandang, kenaikan yang cukup besar tersebut merupakan akumulasi dari peningkatan bunga deposito BCA. "Tahun lalu dari bulan Mei-Desember bunga deposito naik 150 bps, tentu berdampak ke tahun ini," ujarnya di Jakarta, Rabu (25/7).

Merujuk laporan keuangan BCA di semester pertama 2019, laju pertumbuhan deposito BCA memang cukup tinggi sebesar 18,1% secara tahunan. Dampaknya pun terasa pada biaya dana alias cost tof fund yang meningkat secara tahunan dari 1,73% di semester I-2018 menjadi 2,02% akhir semester I-2019.

BCA mengaku baru menurunkan bunga deposito sebesar 25 bps pada awal Juli ini. Meski begitu, Vera memastikan ke depan suku bunga deposito akan berangsur menurun. Sebab, likuiditas perbankan sudah mulai longgar setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga dan ditambah adanya pelonggaran giro wajib minimum (GWM).

Baca Juga: Sister Company Gagal Bayar, Anak Usaha Duniatex Terkena Getahnya premium

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mengalami hal serupa. BNI dalam laporan keuangannya mencatat kenaikan beban bunga 26,2% secara tahunan. Angka ini jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan pendapatan bunga tumbuh 9,4% pada periode yang sama.

Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo menuturkan, hal ini menjadi salah satu penyebab laba bersih BNI hanya naik 2,7% menjadi Rp 7,63 triliun. "Beban bunga dan cost of fund dibanding tahun lalu meningkat. Mayoritas kredit juga dari segmen korporasi dengan yield-nya lebih rendah," ujarnya.

Baca Juga: Tiga Bank Besar Mencetak Untung Gede, Laba Bersih BCA Naik Paling Kencang

Kenaikan beban bunga menyebabkan biaya dana alias cost of fund BNI naik menjadi 3,2% per semester I-2019, tertinggi sejak tahun 2016 silam. Selain itu, NIM bank berkode emiten BBNI pun ikut surut 0,5% menjadi 4,9% di semester I-2019. 

Bank Mandiri mencatatkan kenaikan beban bunga 27,6% yoy menjadi Rp 12,25 triliun. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh deposito yang naik 15,1% secara yoy di periode semester I-2019. Alhasil, laju NIM bank berlogo pita emas ini pun ikut turun 14 bps menjadi 5,6% yang salah satunya disebabkan oleh biaya dana yang terangkat menjadi 3% hingga semester I 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×