Reporter: Anna Suci Perwitasari |
JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengklaim berhasil menjaga tingkat efisiensi operasional perusahaan. Artinya, biaya operasional bank berhasil ditekan.
Rinciannya, tahun 2007, Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) BRI berada pada kisaran 69,80% atau di bawah rata-rata perbankan yang mencapai 84,05%.
Pada triwulan kedua 2012 ini, BOPO BRI berada di 61,81% di bawah rata-rata perbankan yang berada di 76,75%. Sementara itu pada 2011 lalu BOPO BRI berada pada level 66,69 %.
Efisiensi tersebut berhasil dilakukan setelah adanya peningkatan pendapatan operasional. "Yakni, ada peningkatan pendapatan bunga seiring pertumbuhan kredit pada segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” ujar Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali, Rabu (5/9).
Lewat rilis yang diterima KONTAN, terdapat juga peningkatan fee based income (FBI), terutama dari e-channel & trade finance. FBI BRI pada triwulan II-2011 mencapai Rp 1,58 triliun, kemudian naik menjadi Rp 1,8 triliun pada triwulan yang sama 2012.
Ekspansi jaringan ATM BRI ikut meningkatkan kontribusi atas FBI itu. “FBI dari ATM memberikan kontribusi sebesar Rp 160,7 miliar pada triwulan II-2012 naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 115,851 miliar,” tambah Ali. Kontribusi trade finance terhadap FBI sebesar Rp 97,52 miliar pada triwulan II-2012 atau naik dari periode yang sama 2011 yang hanya sebesar Rp 50,78 miliar.
Di samping peningkatan pendapatan operasional, penurunan BOPO juga disebabkan adanya penurunan biaya operasional. “Salah satunya terlihat pada kualitas kredit yang terjaga sehingga provisi membaik pula. Terlihat dari NPL triwulan II-2011 sebesar 3,64%, sementara pada triwulan II-2012 turun menjadi 2,38%,” jelasnya.
Efisiensi lain dilakukan BRI dalam bentuk lain seperti lebih dari 50% pekerja berusia di bawah 30 tahun. Hal ini diharapkan bisa menggenjot produktivitas dan regenerasi lebih awal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News