Reporter: Roy Franedya | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Perbankan Indonesia memang terkenal jago dalam mencetak laba. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pada semester I 2012, laba bersih perbankan mencapai Rp 45,73 triliun atau tumbuh 23,26% dibandingkan Juni 2011 sebesar Rp 37,1 triliun.
Pertumbuhan laba ditopang beberapa faktor. Pertama, pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 97,73 triliun atau tumbuh 16,94%. Kenaikan ini sejalan dengan kredit yang mencapai Rp 2.470,38 triliun, atau tumbuh 25,95%.
Kedua, pendapatan non bunga (fee based income). Perbankan berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan komisi sebesar 14,31% menjadi Rp 67,2 triliun.
Ketiga, kenaikan margin dan efisiensi. Perbankan sukses menurunkan rasio Beban Operasional atas Pendapatan Operasional (BOPO) menjadi 74,68%. Bandingkan dengan BOPO pada periode yang sama tahun lalu sebesar 85,9%. Sementara rata-rata net interest margin (NIM) meningkat menjadi 5,38%. Kenaikan NIM terjadi sejak April tahun ini.
Direktur Utama Bank Central Asia, Jahja Setiaatmadja, mengatakan tingginya laba perbankan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. "Selain itu, perbankan memang harus mengejar profit yang tinggi untuk memperkuat struktur permodalan yang turun karena pembagian dividen," ujarnya, Rabu (8/8).
Chief Economist Bank Negara Indonesia (BNI), Ryan Kiryanto, menilai bahwa tingginya laba sejalan dengan derasnya aliran kredit, terutama ke segmen mikro. "Kebutuhan kredit mikro besar dan marginnya tinggi. Bank berlomba-lomba menggarap sektor ini," imbuh dia.
Ryan menuturkan, tingginya laba perbankan karena peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap teknologi. Pendapatan masyarakat yang terus membaik juga ikut mengerek daya beli masyarakat. "Pembatasan yang dilakukan regulator terhadap kredit konsumsi memang bagus karena mencegah risiko pemanasan ekonomi, tetapi pembatasan tersebut tidak mengurangi konsumsi, hanya menunda waktu," tukasnya.
Ketua Umum Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan bank adalah institusi bisnis yang tujuannya untuk menghasilkan laba. "Yang harus diperhatikan harusnya kreditnya, sekarang ini perbankan sudah mulai meningkatkan kredit produktif yang menggerakkan ekonomi riil," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News