kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Beberapa Fintech Lending Optimistis Dapat Meraih Untung Tahun Ini


Minggu, 03 Juli 2022 / 17:11 WIB
Beberapa Fintech Lending Optimistis Dapat Meraih Untung Tahun Ini
ILUSTRASI. Financial Technology (Fintech).


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kerugian memang masih membayangi fintech p2p lending saat ini, termasuk beberapa pemain awal di industri ini. Meski demikian, optimistis bakal mendapat untung tahun ini masih ada.

Sebut saja, Investree yang hingga 2021 lalu masih menutup tahun dengan rugi Rp 27,8 miliar. Sebab, beban biaya yang digelontorkan oleh perusahaan memang cukup besar senilai Rp 158,4 miliar.

Chief Finance Officer Investree, Liliana Susanti Bambang menyebutkan bahwa wajar bagi sebuah startup untuk melewati fase yang masih membutuhkan biaya operasional cukup signifikan. Ia optimis tahun ini bisa untung karena sudah melewati fase tersebut.

Baca Juga: Fintech P2P Lending Gencar Salurkan Pendanaan ke UMKM

“Investasi yang sudah dilakukan perusahaan dengan mendorong model bisnis lewat ekosistem sejak tahun 2020 sudah menunjukkan hasil dan dalam rute yang tepat untuk mencetak untung usaha,” ujar Liliana kepada KONTAN, belum lama ini.

Selain berfokus meningkatkan profit perusahaan, Liliana bilang pihaknya akan selalu mengedepankan upaya-upaya menghadirkan produk dan layanan inovatif. Menurutnya, bisnis yang baik adalah bisnis yang mampu berjalan secara berkualitas dan juga berkelanjutan. 

CEO Investree Adrian Gunadi pun menambahkan bahwa Investree mengandalkan model bisnis yang didorong oleh ekosistem untuk mendorong jumlah pendapatan. Sehingga, bisa menjangkau segmen konsumen yang lebih luas mulai dari pengusaha mikro hingga pengusaha dengan skala bisnis menengah. 

“Operasional perusahaan harus dapat dijalankan seefisien mungkin, mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak diperlukan dan memaksimalkan kerja sama ekosistem, agar pendapatan yang diperoleh perusahaan lebih maksimal,” ujarnya.

Sebagai informasi, salah satu pengembangan ekosistem dalam bisnis Investree ialah dengan membeli 10,9% saham dari PT Bank Amar Indonesia Tbk (Bank Amar). Tujuannya jelas untuk menciptakan lintas kolaborasi yang kohesif antara fintech dan perbankan serta menjangkau calon debitur/UMKM di kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan Amar Bank. 

“Akuisisi ini akan semakin meningkatkan ekosistem solid milik Investree, yang memungkinkan peningkatan potensi strategis untuk memberdayakan UMKM di seluruh negeri,” ujar Adrian.

Tak hanya Investree, fintech lending Modalku pun juga masih dibayangi kerugian pada 2021. Periode tersebut, Modalku mencatat rugi sebesar Rp 28,1 miliar akibat beban operasional yang mencapai Rp 68,5 miliar.

CEO Modalku Reynold Wijaya pun bilang bahwa hal tersebut merupakan bagian dari pengembangan fundamental dan bisnis. Ia menyebutkan sampai saat ini pihaknya masih terus melakukan pengembangan dengan melalui inovasi dan mengembangkan produk layanan.

“agar bisa memberikan akses pendanaan dan menjangkau lebih banyak UMKM yang berpotensi,” ujar Reynold.

Memang, Modalku termasuk yang paling gencar dalam melakukan ekspansi. Terbaru, mereka mengumumkan telah mengakuisisi CardUp, solusi layanan pembayaran (payments) Asia Tenggara. Namun, tak menyebutkan nilai akuisisinya.

Baca Juga: OJK Berencana Batasi Super Lender di Fintech Lending, Ini Tanggapan Pelaku Industri

“Dengan akuisisi ini, kami dapat mempercepat kepemimpinan perusahaan di pasar fintech regional dengan menggabungkan kapabilitas layanan pembayaran, meningkatkan user experience, dan menambah lisensi lokal ke layanan digital lending Grup Modalku di pasar-pasar utama kami,” ujar Reynold.

Sementara itu, CEO Akseleran Ivan Nikolas pun juga menyebut pihaknya juga optimistis bahwa perusahaan bisa meraup untung tahun ini. Jika dilihat secara historis, nilai kerugian perusahaan memang membaik dari tahun ke tahun, misalnya 2021 mencatat rugi Rp 9,41 miliar sedangkan tahun sebelumnya mencapai rugi Rp 23,84 miliar.

“Tahun ini targetnya cashflow sudah positif,” ujar Ivan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×