Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Efek wabah virus corona (covid-19) kini tak lagi bisa dipandang sebelah mata. Hal ini pun telah menjadi tantangan baru bagi industri perbankan di Tanah Air, terutama dari sisi penyaluran kredit.
Sejumlah bank besar pun sudah mulai mengambil sikap konservatif dalam upaya ekspansi kredit lantaran kondisi ekonomi global masih bergejolak.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya yang mengatakan bakal lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit, terutama pada sektor-sektor yang terdampak langsung covid-19.
Baca Juga: Cegah perlambatan ekonomi akibat corona, Indef minta investasi digenjot
Wakil Direktur Utama BNI Anggoro Eko Cahyo menjelaskan, beberapa sektor tersebut antara lain manufaktur, farmasi dan kesehatan, serta pariwisata termasuk sektor turunannya seperti penerbangan, transportasi dan perhotelan.
Meski begitu, bank berlogo 46 ini tetap mematok pertumbuhan kredit dua digit tahun ini. Dalam rencana bisnis bank (RBB) tahun 2020, BNI memasang target kredit sebesar 10%-12%.
Nah, target ini sebenarnya lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya yang sempat diproyeksikan akan tumbuh sebesar 11%-13%.
"Ekspansi tetap jalan, bukan berarti tidak ada peluangnya. Pertumbuhan kredit (proyeksi) juga dibandingkan tahun lalu jauh lebih besar. Kami akan lihat situasinya secara kuartalan," ujar Anggoro di Jakarta, Kamis (20/2) lalu.
Baca Juga: CORE imbau percepatan penyaluran bansos untuk batasi dampak virus corona
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, bank berlogo 46 ini tetap optimis rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) bakal terjaga di level 2% hingga maksimal 2,2%. Target ini pun diakuinya sudah mempertimbangkan dampak virus corona.
Bukan cuma BNI, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja secara terang-terangan bilang bahwa tahun ini tak akan ekspansif menyalurkan kredit. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit yang hanya dipatok naik 5%-7% di 2020.