kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Begini strategi bank mengatur likuiditas saat pandemi corona


Jumat, 18 September 2020 / 20:42 WIB
Begini strategi bank mengatur likuiditas saat pandemi corona
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di Bank Rakyat Indonesia (BRI). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kredit yang minim selama pandemi berbanding terbalik dengan dana pihak ketiga (DPK). Alhasil, kini perbankan punya ekses likuiditas. Melansir catatan Bank Indonesia, sampai Juli 2020, kredit baru tumbuh 1,0% (yoy), sedangkan DPK telah tumbuh sampai 7% (yoy). 

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya sampai Juli 2020 rasio loan to deposit ratio (LDR) makin melonggar sampai 84,7%. Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo bilang, penyebabnya karena DP perseroan tumbuh lebih tinggi dibandingkan kredit. 

“Sampai Juni 2020, pertumbuhan DPK kami sebesar 12,9%, sementara kredit tumbuh 3,8%. Kondisi ini tak terlepas dari lemahnya permintaan kredit saat pandemi,” katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (18/9).

Baca Juga: Tenang, bankir pastikan tren penurunan bunga kredit berlanjut

Agar ekses likuiditas tak malah membebani perseroan, Haru bilang kini bank terbesar di tanah air ini tak agresif memburu dana pihak ketiga. 

Maklum di tengah permintaan kredit yang mampet, ekses likuiditas justru bisa jadi bumerang buat perbankan, karena bank mesti harus membayar bunga simpanan ke nasabah. Sementara pendapatan bunga dari penyaluran kredit justru terhambat.

Apalagi, buat BRI yang sampai akhir Agustus lalu telah merestrukturisasi kredit Rp 189,1 triliun sampai akhir Agustus 2020 lalu. Ini makin mengurangi pendapatan bunga perseroan. 

Saat ekspansi kredit terbatas, selain tak agresif memburu dana Haru bilang perseroan juga makin aktif menempatkan dana di instrumen surat berharga. Ini menjadi strategi untuk menyeimbangkan neraca keuangan.

Baca Juga: Pengguna Octo Clicks bisa atur keuangan lewat fitur Personal Financial Management

“Penempatan di SBN misalnya menjadi salah satu alternatif alokasi aset dalam rangka yield enhancement dari likuid aset jangka pendek seperti penempatan dana di BI, dan antarbank. Sampai Juli penempatan SBN kami senilai Rp 146 triliun dengan PLM di kisaran 13,7%,” jelasnya. 



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×