kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini Strategi Industri Perbankan Menjaga Kualitas Kredit Tahun Ini


Jumat, 04 Maret 2022 / 06:35 WIB
Begini Strategi Industri Perbankan Menjaga Kualitas Kredit Tahun Ini


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perekonomian mulai bergerak ditandai dengan mulai membaiknya kualitas kredit. Dalam kondisi tersebut, perbankan akan terus menjaga rasio kredit  bermasalah (NPL) lewat sejumlah strategi pada tahun ini. 

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) misalnya, akan fokus pada kredit di sektor konsumer dan komersial. Dengan begitu, NPL bisa terjaga di level 3,4% - 3,5% pada 2022.

Selain itu, perusahaan mengawal program restrukturisasi kredit akibat Covid-19 sehingga bisa dikelola dengan baik. Kemudian fokus pada penagihan kredit berdasarkan periode tunggakan yang digolongkan dalam bucket awal, menengah dan akhir. 

Baca Juga: Restrukturisasi turun, risiko kredit bank ikut melandai

"Kami juga melaksanakan penjualan aset - aset bermasalah baik satuan maupun bulk melalui asset sale festival. Kami juga lakukan lelang expo atau massal yang dilaksanakan pada 2022," terang Direktur Asset Management BTN Elisabeth Novie Riswanti, pada Rabu (3/3). 

Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk optimistis NPL semakin membaik seiring dengan upaya perusahaan untuk menyalurkan kredit baru ke sektor - sektor yang mulai pulih dan unggulan di setiap daerah. 

Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, kebutuhan akan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) makin berkurang karena ekonomi dan kemampuan tim di lapangan mengelola restrukturisasi juga membaik. 

Baca Juga: Dirut Bank Mandiri: Peluang Tumbuh Masih Terbuka

Di sisi lain, NPL di Bank Mandiri juga membaik menjadi 2,72% pada 2021, turun dari tahun sebelumnya di level 3,1%. Sejalan dengan itu, LAR termasuk akibat covid-19 juga turun menjadi 17,75% pada 2021. 

Dengan begitu, sisa kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp 69,7 triliun, atau terus menurun dari total kredit yang sudah memperoleh kelonggaran Rp 138 triliun. Sebagian lagi, sudah lunas dan kembali membayarkan kredit secara normal. 

"Kami asumsikan kebijakan relaksasi itu akan berakhir Maret 2022. Sehingga dari 2020 hingga sekarang, kita menganut konsep yang konservatif untuk kredit restrukturisasi mulai dari low, medium, hingga high risk,” ujar Siddik.




TERBARU

[X]
×