Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
Namun, pendapatan operasional sejatinya masih naik sebesar 2,63% yoy. Dalam masa pandemi ini, perseroan memang fokus mendorong pertumbuhan pendapatan non bunga atau fee based income (FBI). Terbukti, FBI bank bersandi bursa BMRI ini tumbuh positif 8,64%. Paling tinggi, peningkatannya ada pada surat berharga dan trading sebesar 165,26% yoy dan 43,58%.
Dampak dari perlambatan pendapatan ini juga bisa dilihat dari rasio profitabilitas perseroan. Antara lain Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) turun hingga ke level 2,09% dan 11,27%.
Hal serupa juga terjadi dari sisi margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) yang turun 65 basis poin menjadi 4,93% di semester I 2020.
Tapi di sisi lain, perolehan dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri justru meningkat drastis sebesar 15,82% yoy menjadi Rp 976,55 triliun. Hasilnya, total aset Bank Mandiri kini telah menembus Rp 1.359,44 triliun atau naik 10,02% yoy.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Silvano Rumatir menjelaskan, tahun ini pihaknya berkomitmen untuk menjaga kinerja positif. Begitu juga dari sisi laba.
"Tentunya dengan mempertimbangkan kondisi recovery di semester II tahun ini," terangnya.
Baca Juga: Kembali menguat, ini kurs dollar rupiah di Bank Mandiri hari ini Rabu 19 Agustus 2020
Dia menjelaskan, fokus Bank Mandiri di tahun ini adalah pertumbuhan kredit dengan fokus pada Program Ekonomi Nasional (PEN) dan juga sektor yang berprospek baik. Tentunya, sambil fokus pada efisiensi biaya lewat akselerasi teknologi digital.
Adapun, dari sisi kredit menurut Silvano pihaknya hanya berekspektasi tumbuh di kisaran satu digit.
"Di tengah pandemi, tentu ada debitur dan sektor yang terdampak. Karena itu kita akan fokus restrukturisasi debitur. Selain itu mendukung program pemerintah," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News