Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati masih dalam krisis akibat pandemi Covid-19, fungsi intermediasi PT Bank Mandiri Tbk masih cukup positif. Hal ini tercermin dari realisasi kredit yang masih naik 4,38% secara year on year (yoy) menajdi Rp 871,7 triliun.
Jika dirinci, mayoritas pertumbuhan tersebut utamanya didorong dari kredit segmen korporasi yang naik 3,38% menjadi Rp 326,2 triliun. Kemudian, kredit komersial dan konsumer masing-masing tumbuh 5,44% dan 3,07% juga menjadi penggerak roda penyaluran kredit.
Bank berlogo pita emas ini juga cukup aktif mendorong penyaluran kredit di segmen mikro dengan realisasi peningkatan sebesar 5,37% menjadi Rp 116,3 triliun. Hanya kredit di segmen UKM saja yang tercatat turun 10,83% yoy menjadi Rp 49,9 triliun.
Baca Juga: Membandingkan kinerja BBNI, BBRI dan BMRI
Tapi kabar baiknya, meski kredit UKM melambat, kredit bank berlogo pita emas ini juga tertopang realisasi kredit perusahaan anak yang menembus Rp 116,8 triliun atau tumbuh 6,37%. yoy.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menjelaskan, pihaknya akan tetap mendorong penyaluran kredit sampai akhir tahun.
"Ke depannya, kami akan mendorong kredit ke usaha produktif seperti farmasi, telekomunikasi dan perdagangan," ungkapnya dalam Video Conference di Jakarta, Rabu (19/8).
Tetapi, pandemi tetap memberikan dampak perlambatan kinerja pada Bank Mandiri. Hal ini bisa dilihat pada laba bersih perseroan yang turun 23,93% yoy menjadi Rp 10,29 triliun di semester I 2020. Penurunan pendapatan ini mayoritas diakibatkan tingginya penurunan laba operasional sebesar 21,36% yoy menjadi Rp 13,89 triliun dari periode setahun sebelumnya Rp 17,67 triliun.
Di samping itu, biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) perseroan juga terus ditingkatkan, sejalan dengan naiknya risiko kredit. Tercatat biaya CKPN Bank Mandiri naik hingga Rp 10,29 triliun atau sebesar 65,65% secara tahunan.
Namun, pendapatan operasional sejatinya masih naik sebesar 2,63% yoy. Dalam masa pandemi ini, perseroan memang fokus mendorong pertumbuhan pendapatan non bunga atau fee based income (FBI). Terbukti, FBI bank bersandi bursa BMRI ini tumbuh positif 8,64%. Paling tinggi, peningkatannya ada pada surat berharga dan trading sebesar 165,26% yoy dan 43,58%.
Dampak dari perlambatan pendapatan ini juga bisa dilihat dari rasio profitabilitas perseroan. Antara lain Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) turun hingga ke level 2,09% dan 11,27%.
Hal serupa juga terjadi dari sisi margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) yang turun 65 basis poin menjadi 4,93% di semester I 2020.
Tapi di sisi lain, perolehan dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri justru meningkat drastis sebesar 15,82% yoy menjadi Rp 976,55 triliun. Hasilnya, total aset Bank Mandiri kini telah menembus Rp 1.359,44 triliun atau naik 10,02% yoy.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Silvano Rumatir menjelaskan, tahun ini pihaknya berkomitmen untuk menjaga kinerja positif. Begitu juga dari sisi laba.
"Tentunya dengan mempertimbangkan kondisi recovery di semester II tahun ini," terangnya.
Baca Juga: Kembali menguat, ini kurs dollar rupiah di Bank Mandiri hari ini Rabu 19 Agustus 2020
Dia menjelaskan, fokus Bank Mandiri di tahun ini adalah pertumbuhan kredit dengan fokus pada Program Ekonomi Nasional (PEN) dan juga sektor yang berprospek baik. Tentunya, sambil fokus pada efisiensi biaya lewat akselerasi teknologi digital.
Adapun, dari sisi kredit menurut Silvano pihaknya hanya berekspektasi tumbuh di kisaran satu digit.
"Di tengah pandemi, tentu ada debitur dan sektor yang terdampak. Karena itu kita akan fokus restrukturisasi debitur. Selain itu mendukung program pemerintah," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News